MEDAN, Index Sumut – IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) sempat dibuka menguat pada sesi perdagangan pagi ini, Senin (25/9). Bahkan IHSG mencoba beberapa kali untuk keluar dari tekanan. Namun IHSG justru melemah lebih besar di menit terakhir penutupan, dibandingkan pelemahan IHSG selama sesi perdagangan.
Pengamat Pasar Modal Sumut, Gunawan Benjamin menyebutkan, pelemahan bursa di Asia turut menyeret pelemahan kinerja IHSG pada perdagangan hari ini.
“IHSG pada perdagangan hari ini ditutup melemah 0.26% di level 6.998,38. Dimana lagi-lagi IHSG tidak mampu ditutup menguat di atas level 7.000. Tekanan pada pasar saham di tanah air masih cukup besar, dimana pelaku pasar masih menanti rilis pertumbuhan ekonomi dari AS,” ujar Gunawan Benjamin, Senin (25/9).
Sementara itu, harga minyak mentah dunia diperdagangkan menguat dengan terus naik di kisaran $90.5 per barel. Seiring dengan kenaikan harga minyak mentah tersebut, imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun mengalami peningkatan menjadi 4.493% pada pasar futures (pre-market).
“Kenaikan tersebut mengindikasikan bahwa US Dolar masih dalam tren naik dan menekan kinerja mata uang rupiah,” ujarnya.
Mata uang rupiah sendiri, lanjutnya, melemah hinga sempat menembus level 15.400, sebelum akhirnya ditutup melemah di level 15.395 per US Dolar.
“Kinerja mata uang rupiah mengalami tekanan seiring dengan tren kinerja US Dolar yang membaik pada sesi perdagangan hari ini. Tren kenaikan harga minyak mentah dunia masih memicu ketakutan bahwa inflasi masih berpeluang naik, dan suku bunga masih akan naik lebih tinggi lagi,” katanya.
Sementara itu, harga emas ditransaksikan melemah pada perdagangan hari ini. Harga emas ditransaksikan di kisaran $1.922 per ons troy. Atau jika dirupiahkan emas ditransaksikan di kisaran Rp954 ribu per gramnya.
“Harga emas masih berpeluang untuk melanjutkan pelemahannya seiring dengan kenaikan imbal hasil obligasi AS yang mencerminkan adanya aliran uang yang masuk ke pasar obligasi ketimbang pasar komoditas,” pungkasnya. (MR)