MEDAN, Index Sumut – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Senin (2/10/2023) sempat menyentuh 6.984, meskipun penguatan tersebut tidak mampu dipertahankan.
Menjelang sesi penutupan perdagangan, IHSG justru berbalik dan ditutup menguat 0.31% di level 6.961,46. Sementara sejumlah bursa di Asia ditutup beragam, namun banyak bursa di Eropa yang dibuka di zona merah.
“Hanya saja jika melihat perkembangan kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah AS untuk keluar dari kemungkinan government shut down, maka potensi penguatan lanjutan pada bursa saham bisa saja terjadi,” ujar Analis Pasar Keuangan Sumut, Gunawan Benjamin, Senin (2/10).
Namun, lanjutnya, itu semua sangat tergantung pada hasil yang bisa ditentukan selama sesi perdagangan di AS. Dan jika memang mampu mencapai kesepakatan, maka bursa saham bisa saja menguat pada perdagangan besok.
Sementara itu, kinerja mata uang rupiah kembali melemah pada perdagangan hari ini. Rupiah ditrasaksikan di kisaran 15.525 per US Dolar pada perdagangan sore.
“Kinerja mata uang Rupiah mengalami tekanan seiring dengan kenaikan USD Index dan peningkatan imbal hasil US Treasury tenor 10 tahun. Tekanan ini berlanjut dan diproyeksikan baru akan selesai jika nantinya The FED memberikan gambaran terkait dengan sikap yang dovish,” katanya.
Sejauh ini, katanya, situasi ekonomi belum sepenuhnya mampu menunjukan gambaran pemulihan ekonomi. Kebijakan Rusia yang membatasi ekspor Bensin Dan Solar nyatanya menjadi kabar buruk bagi kenaikan harga minyak mentah dunia. Dimana pelaku pasar kembali dibuat pesimis bahwa AS mungkin tidak akan mampu menekan inflasi dalam waktu dekat ini.
Sehingga ekspektasi kenaikan suku bunga acuan global kian meningkat dan diproyeksikan akan sangat mempengaruhi laju tekanan inflasi dunia. Sementara itu, akibat kenaikan harga minyak mentah dunia, telah terjadi kenaikan harga BBM non subsidi di tanah air. Dan sangat berpeluang mendorong kenaikan laju tekanan inflasi di bulan Oktober.
Merujuk pada rilis data inflasi di tanah air, dimana Indonesia mengalami inflasi 0.19% secara bulanan masih sesuai dengan ekspektasi. Sehingga tidak memberikan banyak perubahan besar pada kinerja pasar keuangan secara keseluruhan.
Di sisi lain, harga emas ditransaksikan melemah di level $1.849 per ons troy. Harga emas kian terpuruk belakangan ini diakibatkan ekspektasi kenaikan bunga acuan seiring masih tingginya laju tekanan inflasi. (IR)