Index Sumut – AS mempertimbangkan untuk menaikkan tarif 10% untuk barang-barang dari China. Dan direncanakan bisa berlaku pada 1 Februari mendatang.
Pengamat Pasar Keuangan Sumut, Gunawan Benjamin menyebutkan, rencana tersebut masih tidak seagresif wacana kenaikan tarif saat masa kampanye Presiden Trump. Pertimbangan kebijakan tersebut sejauh ini belum memicu tekanan pasar saham di Asia.
“Meskipun khusus untuk bursa saham China seperti Shenzhen, Hangseng, dan Shanghai terpantau mengalami koreksi pada perdagangan pagi ini, namun kinerja IHSG pada sesi perdagangan pagi ini dibuka menguat di level 7.227,” ujar Gunawan, Rabu (21/1).
Sementara itu, mata uang rupiah ditransaksikan menguat di level 16.305 per US Dolar. Kinerja mata uang US Dolar terpantau bergerak menguat seiring dengan kenaikan imbal hasil US Treasury 10 tahun yang mendekati 4.6%.
Selain itu, kinerja USD Index juga terpantau kembali mengalami penguatan tipis di kisaran 108.11.
“Pelaku pasar saat ini tengah mencari titik keseimbangan baru yang menyesuaikan antara ekspektasi kebjakan ekonomi AS sebelum dan sesudah pelantikan Presiden. Kinerja pasar keuangan di tanah air dinilai terlalu jauh mengalami koreksi sebelum pelantikan Presiden AS, meskipun sampai saat ini belum ada jaminan bahwa apa yang dikuatirkan sebelumnya tidak terjadi di masa depan,” ujarnya.
IHSG pada perdagangan hari ini diproyeksikan akan bergerak dalam rentang 7.200 hingga 7.265. Sementara itu, mata uang Rupiah berpeluang untuk berkonsolidasi terlebih dahulu di kisaran 16.300 per US Dolarnya.
“Di sisi lain, harga emas ditransaksikan menguat di level $2.747 per ons troy pada perdagangan pagi. Emas masih melanjutkan penguatan seiring dengan sikap Presiden AS yang lebih lunak dari sebelumnya,” katanya. (R)