Index Sumut – Ketegangan dagang antara Amerika Serikat dan China kembali memanas. Pemerintah AS secara mengejutkan menaikkan tarif bea masuk terhadap produk China hingga 145%. Kebijakan agresif ini langsung mengguncang pasar keuangan global, termasuk Indonesia.

Pengamat Pasar Keuangan Sumut, Gunawan Benjamin menyebutkan, bursa saham Amerika ditutup di zona merah, dan sentimen negatif itu merembet ke Asia. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka melemah di level 6.195 pada awal perdagangan hari ini, Jumat (11/4).

“Pasar tampaknya belum siap menghadapi eskalasi konflik dagang dua raksasa ekonomi dunia tersebut,” ujar Gunawan.

Di tengah gejolak tersebut, mata uang Rupiah justru menunjukkan penguatan, diperdagangkan di kisaran Rp16.780 per dolar AS. Namun, kestabilannya masih sangat bergantung pada langkah strategis yang akan diambil Bank Indonesia.

“Meski tekanan inflasi tahunan di AS turun ke 2,4% pada Maret—dan inflasi inti juga melandai ke 2,8%—peluang penurunan suku bunga acuan The Fed tampaknya mulai memudar. Pasalnya, kebijakan tarif tinggi yang baru saja diumumkan berpotensi memicu inflasi kembali melonjak dalam waktu dekat,” ujarnya.

Sentimen domestik pun tak mampu menahan tekanan global. Data ekonomi positif dari dalam negeri nyatanya belum mampu memberikan suntikan semangat pada pasar saham nasional.

Sementara itu, emas menjadi primadona di tengah ketidakpastian. Harga emas dunia mencetak rekor tertinggi baru, menyentuh level USD 3.212 per ons troy, atau setara dengan sekitar Rp1,64 juta per gram. Aset safe haven ini kembali menjadi pelarian investor dari risiko pasar yang terus meningkat.

IHSG diperkirakan masih akan sulit kembali ke zona hijau dalam waktu dekat, seiring meningkatnya kekhawatiran akan dampak lanjutan dari perang dagang AS-China yang belum mereda. (R)

Share: