
Medan, Index Sumut — Pasar keuangan global kembali dilanda kepanikan setelah Amerika Serikat melakukan serangan udara terhadap fasilitas nuklir Iran. Aksi militer ini menjadi pemicu baru ketegangan geopolitik di Timur Tengah, dan langsung mengguncang kinerja bursa saham di kawasan Asia, termasuk Indonesia.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Senin (23/6) dibuka melemah di posisi 6.833, mengikuti tren penurunan mayoritas bursa Asia pagi ini. Sentimen negatif semakin menguat karena investor memprediksi perang telah memasuki babak baru yang lebih serius.
Menurut Gunawan Benjamin, Pengamat Pasar Keuangan Sumut, langkah AS ini berpotensi menimbulkan eskalasi konflik yang jauh lebih luas, terutama jika Iran memutuskan untuk melakukan serangan balasan dengan cakupan yang lebih agresif.
“Pasar bereaksi keras terhadap serangan ini. Ancaman balasan Iran dan potensi keterlibatan negara seperti Rusia membuat situasi makin sulit diprediksi,” ujar Gunawan.
Gunawan menambahkan, investor kini menantikan hasil pertemuan antara Menteri Luar Negeri Iran dan Presiden Rusia, yang dinilai bisa menentukan arah ketegangan geopolitik ke depan dan memengaruhi kinerja pasar global dalam beberapa pekan mendatang.
Selain ketegangan geopolitik, pelaku pasar juga tengah bersiap menghadapi sejumlah agenda ekonomi penting dalam sepekan ke depan, seperti: Data Manufaktur AS, Testimoni Gubernur The Fed, Rilis Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal I, dan Data inflasi AS.
“Di tengah ketidakpastian ini, semua perhatian akan tertuju pada arah kebijakan The Fed serta respon Iran dan sekutunya. Kombinasi tekanan geopolitik dan ketidakpastian ekonomi membuat pasar bergerak liar dan rentan koreksi,” jelas Gunawan.
Di sisi lain, Rupiah juga melemah tajam ke level Rp16.395 per dolar AS, dan berpotensi menembus level psikologis Rp16.400 jika tekanan berlanjut sepanjang hari. Ketidakpastian global memicu aliran dana keluar dari negara berkembang, termasuk Indonesia.
Sementara itu, harga emas dunia mengalami koreksi di level $3.360 per troy ons, atau setara Rp1,78 juta per gram. Meskipun sempat menguat sebagai aset aman (safe haven), harga emas terkoreksi secara teknikal setelah reli sebelumnya.
“Situasi saat ini masih sangat dinamis. Arah pasar akan sangat tergantung pada respon Iran terhadap serangan AS. Jika balasan terjadi, tekanan bisa memburuk dalam hitungan jam,” pungkas Gunawan. (R)