Medan, Index Sumut – Pasar keuangan Indonesia mengawali perdagangan hari ini dengan sentimen positif. IHSG dibuka menguat ke level 7.182, menyusul kabar menggembirakan terkait kesepakatan tarif dagang antara Indonesia dan Amerika Serikat.

Dalam kesepakatan tersebut, AS sepakat menurunkan tarif impor terhadap produk asal Indonesia menjadi 19%, dari sebelumnya 32%. Sementara itu, Indonesia tidak mengenakan tarif balasan terhadap barang asal AS.

Kesepakatan ini disambut baik pelaku pasar karena dipandang dapat meningkatkan daya saing ekspor Indonesia dan mengurangi tekanan dalam hubungan dagang kedua negara. Namun demikian, euforia tersebut tetap dibayangi oleh dinamika global, terutama dari Amerika Serikat.

Data terbaru menunjukkan inflasi AS melonjak menjadi 2,7% secara tahunan (YoY) di bulan Juni, lebih tinggi dari ekspektasi pasar sebesar 2,6%. Kenaikan inflasi tersebut membuat posisi The Fed semakin dilematis—antara keinginan pasar akan pemangkasan suku bunga dan tekanan aktual akibat inflasi yang kembali meningkat.

Gunawan Benjamin, Pengamat Pasar Keuangan Sumut, menilai bahwa lonjakan inflasi AS menjadi perhatian serius bagi pasar global.

“Inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan memperkecil peluang penurunan suku bunga oleh The Fed. Ini bisa memicu volatilitas di pasar keuangan, termasuk arus modal ke negara berkembang seperti Indonesia,” jelas Gunawan, Rabu (16/7).

Dari dalam negeri, pelaku pasar kini menantikan keputusan suku bunga acuan yang akan diumumkan oleh Bank Indonesia (BI). Dengan inflasi domestik yang masih terkendali dan stabilitas nilai tukar Rupiah yang relatif terjaga, ruang untuk pemangkasan suku bunga BI tetap terbuka.

Namun, Gunawan menilai keputusan BI tetap akan berhati-hati.

“Rupiah memang relatif stabil di kisaran Rp16.275 per dolar AS. Tapi kalau BI memangkas suku bunga, ada risiko Rupiah tertekan. Jadi, arah kebijakan moneter BI akan sangat menentukan pergerakan pasar ke depan,” tambahnya.

Sejauh ini, IHSG diperkirakan tetap berada di zona hijau dengan rentang pergerakan antara 7.150 hingga 7.200 sepanjang perdagangan hari ini. Di sisi lain, mata uang Rupiah masih menunjukkan penguatan terbatas di tengah ketidakpastian global.

Untuk komoditas, harga emas dunia mengalami pelemahan ke level US$3.328 per troy ons atau sekitar Rp1,75 juta per gram. Tekanan terhadap harga emas muncul seiring kenaikan inflasi AS yang menahan minat beli terhadap aset lindung nilai tersebut.

Gunawan mengingatkan agar pelaku pasar tetap mencermati dinamika kebijakan suku bunga baik dari BI maupun The Fed dalam beberapa pekan ke depan, karena akan sangat menentukan arah pasar saham dan nilai tukar. (R)

Share: