Medan, Index Sumut – Di tengah minimnya sentimen ekonomi global, pasar keuangan Indonesia justru mencatatkan performa positif. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat ke level 7.440 pada sesi perdagangan pagi, sementara nilai tukar Rupiah juga menunjukkan penguatan ke posisi Rp16.305 per dolar AS. Tak hanya itu, harga emas dunia turut mencetak lonjakan signifikan.

Pergerakan positif IHSG masih ditopang oleh euforia pasar atas kesepakatan tarif dagang yang dicapai Indonesia dengan Amerika Serikat, serta pemangkasan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia pada pekan sebelumnya.

Gunawan Benjamin, Pengamat Pasar Keuangan Sumut, menilai bahwa kombinasi dua sentimen domestik ini memberi ruang penguatan jangka pendek bagi IHSG.

“Secara fundamental, IHSG masih berada di jalur positif. Kesepakatan tarif dengan AS memberi kepastian dagang, dan pemangkasan suku bunga memberi stimulus tambahan. Tapi koreksi sehat tetap mungkin terjadi, terutama karena bursa Asia justru bergerak melemah hari ini,” jelas Gunawan, Selasa (22/7).

Pasar saham Asia sendiri dibuka bervariasi dengan kecenderungan melemah, sehingga dikhawatirkan dapat menjadi tekanan eksternal bagi pergerakan IHSG sepanjang hari ini. Gunawan mengingatkan bahwa pelaku pasar tetap perlu waspada terhadap volatilitas global.

Di sisi lain, Rupiah berhasil mencatatkan penguatan tipis dan diperdagangkan di kisaran Rp16.305 per dolar AS. Penguatan ini terjadi seiring dengan penurunan indeks dolar AS (USD Index), yang saat ini berada di level 98,37, dan koreksi imbal hasil US Treasury 10 tahun yang turun ke sekitar 4,37%.

“Rupiah diuntungkan oleh spekulasi pasar bahwa Gubernur The Fed dalam pidatonya nanti malam akan mengadopsi sikap dovish. Ini membuka ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed dalam waktu dekat,” tambah Gunawan.

Untuk komoditas, harga emas dunia menguat tajam ke level US$3.389 per troy ons atau sekitar Rp1,78 juta per gram. Lonjakan harga emas mencerminkan meningkatnya permintaan terhadap aset aman (safe haven), seiring dengan meningkatnya spekulasi bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga acuan demi mendukung pertumbuhan ekonomi AS yang mulai melambat.

“Harga emas sangat sensitif terhadap arah kebijakan moneter. Spekulasi pemangkasan bunga The Fed telah menjadi katalis kuat penguatan logam mulia tersebut,” tutup Gunawan.

Dengan minimnya agenda ekonomi besar dalam waktu dekat, pasar keuangan diperkirakan akan tetap bergerak dalam rentang terbatas, namun tetap reaktif terhadap perkembangan geopolitik dan arah kebijakan bank sentral global. (R)

Share: