
Medan, Index Sumut – Bursa saham Indonesia kembali menguat pada awal perdagangan hari ini, Kamis (24/7).
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka naik ke level 7.485, mengikuti tren positif mayoritas bursa saham Asia yang juga bergerak di zona hijau.
Meski tidak didorong oleh data ekonomi besar, pelaku pasar masih merespons positif perkembangan negosiasi tarif antara Amerika Serikat dan mitra dagangnya.
Gunawan Benjamin, Pengamat Pasar Keuangan Sumut, menyebut bahwa saat ini pasar saham lebih digerakkan oleh ekspektasi dan dinamika geopolitik ketimbang sentimen ekonomi langsung.
“Kesepakatan tarif menjadi motor utama penguatan IHSG dalam beberapa hari terakhir. Selama belum ada kepastian baru atau kejutan negatif, pasar akan bergerak mengikuti arah sentimen regional,” ujar Gunawan, Kamis (24/7).
Jelang tenggat waktu negosiasi tarif pada 1 Agustus 2025, investor global tetap mencermati perkembangan diplomatik antara AS dan negara-negara mitra dagang. Gunawan menilai bahwa kabar positif dari proses ini akan lebih diperhatikan pasar dibandingkan dengan rilis data makroekonomi biasa.
Di sisi lain, imbal hasil obligasi pemerintah AS (US Treasury 10 tahun) tercatat naik ke level 3,38%, setelah sebelumnya sempat mengalami tekanan karena spekulasi mengenai pergantian Gubernur The Fed. Kenaikan imbal hasil ini memberi angin segar bagi dolar AS, namun menjadi tekanan tersendiri bagi mata uang negara berkembang, termasuk Rupiah.
Rupiah pada sesi perdagangan pagi masih relatif stabil di kisaran Rp16.285 per dolar AS, namun dengan kecenderungan melemah. Gunawan menilai pelemahan ini sebagai respons pasar terhadap sentimen penguatan dolar AS secara global.
“Jika imbal hasil US Treasury terus naik, maka tekanan terhadap Rupiah akan meningkat. Potensi pergerakan Rupiah hari ini berada di rentang Rp16.285 hingga Rp16.300,” jelasnya.
Sementara itu, harga emas dunia mengalami pelemahan dan diperdagangkan di level US$3.382 per troy ons atau sekitar Rp1,77 juta per gram. Penurunan harga emas disebabkan oleh berkurangnya minat investor terhadap aset safe haven seiring perbaikan sentimen risiko di pasar saham global.
Gunawan memperkirakan bahwa pasar keuangan Indonesia akan tetap sensitif terhadap arah perkembangan geopolitik dan dinamika suku bunga global dalam waktu dekat.
“Pelaku pasar sebaiknya tetap waspada dan fleksibel menyikapi potensi fluktuasi menjelang awal Agustus nanti,” pungkasnya. (R)