
Langkat, Index Sumut – Di balik rimbunnya hutan nipah yang tumbuh alami di muara sungai Desa Pasar Rawa, Kecamatan Gebang, Kabupaten Langkat, tersembunyi sebuah kisah inspiratif tentang kemandirian dan pelestarian lingkungan.
Yayasan Konservasi Pesisir Indonesia (Yakopi) bersama warga setempat, perlahan tapi pasti, membangun masa depan baru melalui produksi gula nipah, sebuah produk lokal yang ramah lingkungan dan bernilai ekonomi tinggi.
Program ini dimulai pada tahun 2021, ketika Yakopi hadir memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai potensi nipah yang selama ini tumbuh liar dan nyaris tak tergarap maksimal. Dari sinilah perjalanan baru dimulai.
“Saat itu kami memperkenalkan cara membuat gula nipah dan manfaatnya. Dari sejumlah warga yang ikut, Pak Sakiman menunjukkan komitmen luar biasa. Kini, beliau memimpin kelompok pengrajin gula nipah di desanya,” ujar Rijalul Halimi, Community and Social Business Manager Yakopi, saat ditemui Jumat (25/7/2025).
Nipah (Nypa fruticans) adalah tanaman khas wilayah pesisir berair payau yang selama ini dianggap sebagai bagian dari ekosistem belaka. Namun, di tangan warga binaan Yakopi, tanaman ini berubah menjadi sumber kehidupan baru. Air nira dari batang nipah disadap, lalu dimasak hingga mengental dan berubah menjadi kristal gula berwarna coklat keemasan dengan rasa manis sedikit asin—cita rasa yang unik dan khas.
Tak hanya enak, gula nipah juga memiliki keunggulan dari sisi kesehatan. Menurut Rijalul, kandungan karbohidratnya hanya sekitar 44,8 persen, jauh lebih rendah dibandingkan gula tebu biasa yang bisa mencapai 80 persen. Ini menjadikan gula nipah sebagai pilihan alternatif yang lebih sehat, terutama bagi mereka yang peduli terhadap pola makan.
Lebih dari sekadar komoditas, gula nipah menjadi simbol perubahan. Warga yang dulu menggantungkan hidup pada pekerjaan musiman atau hasil tangkap yang tak menentu, kini mulai memiliki pendapatan yang lebih stabil. Dan semua ini dilakukan tanpa merusak lingkungan, karena nipah adalah tanaman alami yang tidak perlu ditebang atau dibabat habis untuk bisa dimanfaatkan.
“Bagi kami di Yakopi, pemberdayaan semacam ini adalah bagian dari misi besar: memaksimalkan potensi lokal untuk membangun masa depan yang lebih sejahtera dan berkelanjutan bagi masyarakat pesisir,” jelas Rijalul.
Sementara itu, Pak Sakiman yang kini menjadi tokoh sentral kelompok gula nipah mengaku bangga atas pencapaian bersama warga lainnya. Berbekal pelatihan dari Yakopi, ia kini rutin memproduksi gula nipah dan mulai memasarkannya.
Langkah kecil dari tepian muara ini barangkali tak terdengar nyaring di tengah hiruk pikuk kota. Namun bagi warga Pasar Rawa, setiap tetes manis dari nira nipah adalah harapan baru—manisnya bukan hanya di lidah, tapi juga di hati. (R)