
MUNICH, Index Sumut – Jerman pekan ini menjadi tuan rumah salah satu pameran otomotif terbesar dunia — namun di jantung industri mobil Eropa, justru produsen mobil listrik (EV) asal China yang ramai dibicarakan, berusaha menyaingi merek-merek besar kawasan itu di wilayah mereka sendiri.
Dilansir dari cnbc.com, Senin (15/9) disebutkan, Konferensi IAA Mobility di Munich dipenuhi perusahaan dengan stan besar yang memamerkan mobil dan teknologi terbaru. Beberapa di antaranya didominasi perusahaan mobil listrik China, menegaskan ambisi mereka untuk berekspansi ke luar negeri.
Eropa kini menjadi fokus utama bagi produsen Asia. Pasar ini dinilai lamban dalam pengembangan kendaraan listrik, meski para pemain lama mulai gencar meluncurkan model baru. Sementara itu, Tesla, yang lama dianggap pemimpin pasar EV, justru mengalami penurunan penjualan di kawasan tersebut.
Meski menghadapi tarif dari Uni Eropa, produsen EV China tetap merespons meningkatnya persaingan dengan menetapkan target penjualan dan ekspansi yang agresif.
“Pertumbuhan global Xpeng saat ini lebih cepat dari yang kami perkirakan,” kata He Xiaopeng, CEO Xpeng, dalam wawancara dengan CNBC pekan lalu.
Rencana Ekspansi Agresif
Produsen mobil China yang berbicara di IAA menunjukkan ambisi ekspansi mereka.
He Xiaopeng mengungkapkan Xpeng berencana meluncurkan seri mass-market Mona di Eropa tahun depan. Di China, mobil Mona dibanderol mulai setara kurang dari $17.000, yang bisa memicu persaingan harga serius di Eropa.
Sementara itu, Guangzhou Automobile Group (GAC) menargetkan pertumbuhan cepat di Eropa. Wei Haigang, Presiden GAC International, mengatakan perusahaannya menargetkan penjualan sekitar 3.000 unit di Eropa tahun ini dan minimal 50.000 unit pada 2027. GAC juga mengumumkan akan membawa dua EV — Aion V dan Aion UT — ke Eropa. Produsen lain, Leapmotor, juga ikut serta dengan stan mereka sendiri.
Tanda-tanda awal penetrasi produsen China ke Eropa mulai terlihat. Menurut data Jato Dynamics, pangsa pasar merek mobil China di Eropa hampir dua kali lipat pada paruh pertama tahun ini dibanding periode yang sama pada 2024, meski masih rendah yakni sedikit di atas 5%.
“Kehadiran besar produsen EV China di IAA Mobility menandakan ambisi dan kepercayaan diri mereka yang semakin kuat di pasar Eropa,” kata Murtuza Ali, analis senior di Counterpoint Research.
Fokus pada Teknologi dan Fitur Tambahan
Banyak perusahaan mobil China memposisikan diri sebagai perusahaan teknologi layaknya Tesla, yang terlihat jelas pada produk mereka.
Banyak EV dilengkapi layar besar dengan antarmuka canggih dan asisten suara. Untuk menarik pembeli, beberapa perusahaan bahkan menambahkan fitur unik.
Misalnya, GAC Aion V dilengkapi kulkas mini dan fungsi pijat di kursi.
Inilah cara produsen China membedakan diri dari merek tradisional.
“Peluang sukses produsen mobil China cukup besar, terutama karena mereka unggul dalam keterjangkauan harga, teknologi baterai, dan skala produksi,” ujar Ali dari Counterpoint.
Produsen Eropa Melawan Balik
Merek lama Eropa juga menunjukkan kekuatan mereka di IAA, dengan Volkswagen, BMW, dan Mercedes menampilkan stan terbesar. Mercedes bahkan memenuhi pintu masuk utama acara dengan iklan besar-besaran.
BMW, mirip dengan pemain China, menekankan teknologi dengan memamerkan “superbrain architecture,” yang mengganti banyak perangkat keras dengan sistem komputer terpusat. BMW, yang memperkenalkan iX3 di acara itu, juga mengumumkan perangkat lunak mengemudi semi-otonom hasil kerja sama dengan Qualcomm.
Volkswagen dan Renault asal Prancis juga memamerkan mobil listrik terbaru mereka.
Namun, meski banjir produk, masih ada kekhawatiran bahwa produsen Eropa bergerak terlalu lambat. BMW iX3 yang baru misalnya, masih berbasis platform EV yang diperkenalkan dua tahun lalu. Sebaliknya, produsen EV China bergerak cepat meluncurkan model-model baru.
“Komitmen pada struktur lama dan langkah bertahap justru memperlambat kemampuan mereka membangun ekosistem EV yang kuat, membuat mereka tertinggal dari pesaing yang bergerak cepat,” kata Tammy Madsen, profesor manajemen di Leavey School of Business, Santa Clara University, tentang BMW.
Meskipun produsen mobil Eropa masih punya sejarah merek kuat dan para CEO mereka mengakui serta menyambut kompetisi dalam wawancara dengan CNBC pekan ini, para pemain China tidak menunjukkan tanda-tanda melambat.
“Produsen Eropa masih memiliki nilai merek dan warisan yang signifikan. Tantangan mereka adalah mencapai produksi skala besar dan mengadopsi teknologi baru dengan lebih cepat,” ujar Ali dari Counterpoint.
“China jelas tidak menunggu siapa pun untuk mengejar — mereka terus membuat kemajuan besar.” (R)