
MEDAN, Index Sumut – Perdagangan pasar keuangan domestik pagi ini diwarnai pergerakan yang berlawanan arah. Rupiah melemah ke Rp16.700 per USD, sementara IHSG justru dibuka menguat di level 8.161, meski mayoritas bursa Asia cenderung lesu setelah rilis data manufaktur AS turun ke angka 52.
Penguatan IHSG diproyeksikan tidak berlangsung mulus. Indeks berpeluang bergerak fluktuatif di rentang 8.070–8.170, dengan pelemahan rupiah menjadi faktor utama yang berpotensi menyeret pasar ke zona negatif.
Pengamat Pasar Keuangan Sumut, Gunawan Benjamin, menilai tekanan pada rupiah saat ini lebih dipicu oleh kebijakan domestik ketimbang faktor eksternal.
“Banjir likuiditas yang digelontorkan pemerintah melalui kebijakan fiskal memang ditujukan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi. Namun pasar meragukan efektivitasnya, karena jika likuiditas tidak terserap ke sektor riil, justru akan menekan rupiah di pasar uang,” jelas Gunawan di Medan, Rabu (24/9).
Menurutnya, kondisi ini semakin paradoks karena tekanan terhadap rupiah justru terjadi ketika imbal hasil US Treasury dan indeks dolar AS sedang melemah, yang seharusnya memberi ruang penguatan bagi mata uang domestik.
Di sisi lain, harga emas dunia sedikit terkoreksi ke USD 3.753 per ons troy atau setara Rp2,02 juta per gram. Setelah menorehkan rekor tertinggi baru pekan lalu, emas diperkirakan masih dalam tren naik, seiring meningkatnya kebutuhan investor global terhadap aset aman.
“Koreksi emas lebih bersifat wajar setelah reli panjang. Tren bullish emas belum berakhir, apalagi jika ketidakpastian global berlanjut dan rupiah masih sulit stabil,” tambah Gunawan. (R)