MEDAN, Index Sumut – Nilai tukar Rupiah dibuka melemah pada perdagangan Rabu (22/10), menjelang keputusan Bank Indonesia (BI) terkait kebijakan suku bunga acuan. Rupiah diperdagangkan di level Rp16.615 per dolar AS, di tengah ekspektasi pasar bahwa BI akan menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin.

Pengamat Pasar Keuangan Sumatera Utara, Gunawan Benjamin mengatakan, tekanan terhadap Rupiah muncul karena pelaku pasar cenderung mengantisipasi kebijakan pelonggaran moneter BI.

“Pemangkasan suku bunga akan memperlebar selisih dengan bunga acuan The Fed, sehingga berpotensi menekan Rupiah dalam jangka pendek. Namun tekanan itu bisa mereda jika The Fed juga menurunkan suku bunganya dalam waktu dekat,” ujarnya.

Sementara itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka di zona merah pada level 8.235. Gunawan menilai, pergerakan IHSG cenderung mengikuti tren bursa regional yang juga melemah.

“Minimnya sentimen baru membuat IHSG lebih banyak digerakkan oleh faktor teknikal. Potensi pergerakannya hari ini berada di rentang 8.170 hingga 8.250,” jelasnya.

Dari pasar komoditas, harga emas dunia kembali turun ke posisi US$4.142 per ons troy, dipicu oleh meningkatnya optimisme pasar terhadap kemungkinan perdamaian dagang antara Amerika Serikat dan China.

Menurut Gunawan, koreksi harga emas kali ini masih bersifat sementara. “Pasar menunggu kejelasan isi kesepakatan AS–China. Selama belum ada detail yang pasti, tekanan terhadap harga emas belum akan berlanjut terlalu dalam,” ungkapnya.

Gunawan menambahkan, secara fundamental emas masih memiliki banyak faktor pendukung, terutama dari ketidakpastian ekonomi global dan potensi penurunan suku bunga di sejumlah negara. Namun secara teknikal, ia menilai harga emas saat ini sudah relatif tinggi.

“Jika dikonversi ke Rupiah, harga emas dunia saat ini berada di kisaran Rp2,2 juta per gram,” tuturnya. (R)

Share: