
Medan, Index Sumut — Pasar keuangan global mulai menunjukkan stabilisasi setelah sempat diguncang eskalasi konflik antara Iran dan Israel. Meredanya ketegangan geopolitik di kawasan Timur Tengah membuat sentimen pasar sedikit membaik, meskipun belum cukup kuat untuk mendorong reli di pasar modal.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat tipis di level 6.842, mengikuti tren bursa Asia yang pada perdagangan pagi ini bergerak mixed dengan kecenderungan melemah. IHSG diperkirakan akan bergerak dalam rentang 6.800 hingga 6.860 selama sesi perdagangan hari ini.
“Pasar keuangan sedang dalam fase konsolidasi. Ketegangan geopolitik memang mereda, tapi belum cukup memberi katalis positif yang kuat. Investor masih bersikap hati-hati,” kata Gunawan Benjamin, Pengamat Pasar Keuangan Sumatera Utara, Kamis (26/6/2025).
Dari sisi global, pernyataan Gubernur The Fed Jerome Powell juga menjadi perhatian utama pelaku pasar. Dalam testimoninya, Powell menegaskan bahwa The Fed masih akan berhati-hati dan belum siap memangkas suku bunga dalam waktu dekat. Ia menekankan bahwa keputusan pemotongan hanya akan diambil jika dampak inflasi dari kebijakan tarif terbukti bersifat sementara.
“Sikap The Fed yang tetap ‘hawkish’ ini menjaga ekspektasi pasar tetap konservatif. Pemangkasan bunga kemungkinan besar tidak akan terjadi dalam waktu dekat, kecuali ada perubahan data ekonomi yang signifikan,” jelas Gunawan.
Sementara itu, nilai tukar Rupiah diperdagangkan stabil di kisaran Rp16.285 per dolar AS. Namun Gunawan menilai, Rupiah punya peluang untuk menguat dalam jangka pendek, seiring dengan melemahnya imbal hasil US Treasury 10 tahun dan tertekannya indeks dolar AS (USD Index).
“Jika tekanan pada dolar AS berlanjut, Rupiah bisa menembus ke bawah mendekati area psikologis Rp16.200 – Rp16.230 per dolar AS,” tambahnya.
Di sisi komoditas, harga emas dunia kembali melemah ke level $3.331 per troy ons, atau sekitar Rp1,75 juta per gram. Pelemahan ini terjadi setelah sentimen risiko global menurun, dan investor mulai mengalihkan dana dari aset safe haven ke instrumen berisiko.
“Dengan kondisi geopolitik yang mereda dan belum ada pemicu baru, harga emas bergerak terkoreksi teknikal. Tapi ketidakpastian tetap tinggi, sehingga pergerakan harga bisa berubah cepat,” tutup Gunawan. (R)