
MEDAN, Index Sumut — Harga cabai merah di Sumatera Utara sempat menunjukkan tanda-tanda pemulihan di bulan Juli ini setelah sempat anjlok ke titik terendah pada Juni lalu. Namun, masyarakat dan pelaku usaha di sektor pertanian diimbau untuk waspada.
Pasalnya, menurut proyeksi Tim Pemantau Harga Kebutuhan Pangan Sumut, harga cabai berpeluang kembali turun drastis di bulan Agustus mendatang akibat lonjakan pasokan yang signifikan.
Ketua Tim Pemantau Harga Pangan Sumut, Gunawan Benjamin, mengungkapkan bahwa sejak Mei lalu harga cabai merah terus berada di bawah harga keekonomian, yakni Rp28.000 per kilogram. Bahkan pada Juni, harga rata-rata hanya berada di kisaran Rp10.000 hingga Rp18.000 per kilogram, padahal saat itu terjadi penurunan pasokan harian sebesar 17% dibandingkan bulan sebelumnya.
“Ironisnya, meski pasokan sempat turun, harga tetap jatuh. Hal ini menunjukkan lemahnya daya serap pasar saat itu. Baru pada Juli ini, sejumlah insentif dari pemerintah berhasil mendorong peningkatan permintaan sehingga harga mulai pulih ke atas Rp20.000 per kilogram,” kata Gunawan.
Namun, kondisi ini diperkirakan tidak akan bertahan lama. Gunawan menjelaskan bahwa pada Agustus mendatang, pasokan harian cabai merah diproyeksikan meningkat hingga 2,3 kali lipat atau sekitar 237% dibandingkan dengan bulan Juli.
“Peningkatan produksi ini terjadi di hampir semua sentra cabai di Sumut. Tapi, wilayah seperti Belawan dan Langkat belum dihitung penuh karena hasil produksinya lebih banyak dijual ke luar Sumut atau dikonsumsi lokal,” ujarnya.
Lonjakan pasokan yang signifikan ini, menurut Gunawan, sangat bergantung pada kemampuan pasar luar Sumut dalam menyerap hasil produksi tersebut. Provinsi seperti Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, hingga Bengkulu merupakan pasar utama cabai Sumut.
“Namun, melihat kondisi daya beli masyarakat dalam tiga bulan terakhir yang masih tertekan, ada potensi pasokan cabai akan menumpuk di tingkat pedagang, yang berujung pada penurunan harga,” jelasnya.
Gunawan memperkirakan harga cabai (merah, hijau, dan rawit hijau) di bulan Agustus berpeluang kembali menyentuh kisaran belasan ribu rupiah per kilogram, dengan tekanan harga yang akan semakin kuat pada pekan ketiga bulan tersebut.
Yang menjadi perhatian saat ini, tambah Gunawan, adalah tidaknya terdengar adanya rencana pemberian insentif kembali dari pemerintah seperti yang dilakukan di bulan Juli. Hal ini tentu menjadi ancaman tersendiri bagi petani.
“Jika harga kembali turun dan tidak ada bantuan dari pemerintah, petani yang sudah mengalami kerugian sejak tiga bulan terakhir bisa semakin terpuruk. Kita khawatir mereka enggan menanam lagi, dan ini bisa memicu kelangkaan serta lonjakan harga di masa depan,” tegasnya.
Sebagai solusi, Gunawan mengusulkan agar pemerintah memberikan pendampingan lebih intensif bagi petani cabai, termasuk mempermudah akses terhadap pupuk, bibit, pestisida, hingga modal usaha.
“Kita harus menjaga agar petani tetap bertahan. Jika mereka menyerah, yang rugi bukan hanya petani, tapi seluruh rantai pasok pangan kita,” tutupnya. (R)