
MEDAN, Index Sumut – Pasar keuangan Indonesia memasuki pekan baru dengan dinamika yang cukup kontras. Di satu sisi, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat pada level 7.905. Namun di sisi lain, rupiah justru melemah ke posisi Rp16.240 per dolar AS.
Pengamat Pasar Keuangan Sumut, Gunawan Benjamin, menilai pergerakan berbeda arah ini dipicu oleh kombinasi faktor global, terutama perkembangan geopolitik dan kebijakan moneter Amerika Serikat.
“Pelaku pasar saat ini menaruh perhatian besar pada tensi geopolitik di Eropa, khususnya setelah pertemuan Presiden AS dan Rusia. Situasi itu membuat pasar bergerak hati-hati,” ujarnya, Selasa (19/8).
Gunawan menambahkan, meski IHSG masih menunjukkan optimisme dengan potensi bergerak dalam kisaran 7.870 hingga 7.970, tekanan terhadap rupiah belum mereda.
“Kenaikan imbal hasil US Treasury 10 tahun ke level 4,33% dan menguatnya indeks dolar AS ke 98,12 memberi tekanan tambahan bagi rupiah,” jelasnya.
Rupiah, menurutnya, berpeluang diperdagangkan dalam rentang Rp16.170 hingga Rp16.280 per dolar AS pada sesi hari ini.
“Rupiah masih sangat rentan terhadap sentimen global, apalagi pasar menunggu rilis FOMC Minutes yang akan memberi gambaran arah kebijakan suku bunga The Fed,” papar Gunawan.
Selain saham dan rupiah, harga emas dunia juga ikut menahan diri. Saat ini emas bertahan di kisaran 3.337 dolar AS per ons troy atau sekitar Rp1,75 juta per gram.
“Pergerakan emas cenderung sideways karena pasar lebih dulu ingin melihat kepastian dari kebijakan The Fed serta dinamika hubungan AS dengan Eropa dan Ukraina,” ungkapnya.
Menurut Gunawan, hingga akhir pekan, arah pasar keuangan masih akan ditentukan oleh kombinasi data ekonomi AS dan perkembangan geopolitik global. (R)