MEDAN, Index Sumut – Kepala Dinas Perpustakaan dan Arsip Provinsi Sumut, Desni Maharani Saragih menyebutkan, literasi dan numerasi merupakan keterampilan dasar untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul dan Berdaya Saing.

“Literasi adalah kemampuan memahami, mengevaluasi, dan menggunakan teks untuk mendapatkan informasi. Sedangkan numerasi adalah kemampuan berpikir menggunakan konsep matematika dasar untuk menyelesaikan masalah sehari-hari,” ujarnya dalam Focus Group Discussion (FGD) Peningkatan Literasi dan Numerasi Sumatera Utara, bersama Jurnalis Media Mitra Tanoto Foundation di Medan, Rabu (27/8/2025).

Desni menyebutkan, kondisi saat ini tingkat literasi dan numerasi di Sumatera Utara cenderung meningkat dari tahun sebelumnya, akan tetapi masih dalam kategori sedang. Bahkan berdasarkan Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat (IPLM) Sumut masih cenderung rendah yakni sebesar 62,39 pada tahun 2024. Sedangkan Tingkat Gemar Membaca (TGM) di Sumut menunjukkan angka 68,57.

Sementara itu, tingkat numerasi berdasarkan AKM (Asesmen Kompetensi Minimum) pada tahun 2021, tingkat numerasi di Sumatera Utara masuk dalam kategori baik, meskipun di beberapa kabupaten/kota masih menunjukkan tingkat numerasi yang rendah.

Untuk itu, lanjutnya, Dinas Perpustakaan dan Arsip Sumut terus meningkatkan perannya, seperti penyediaan bahan bacaan yang variatif dan berkualitas, menghadirkan ruang inklusif belajar bagi semua kalangan, mendorong literasi informasi, digital, dan budaya, serta berperan aktif dalam meningkatkan IPLM dan TGM.

Desni menyebutkan, saat ini perpustakaan daerah Sumut memiliki sekitar 23 ribu koleksi dengan jumlah kunjungan mencapai 55–60 ribu orang per tahun. Dari segi kebutuhan koleksi, Desni menyoroti buku-buku bidang kesehatan yang masih minim.

“Buku kesehatan itu mahal dan sulit dicari, tapi justru banyak dibutuhkan mahasiswa. Tahun ini kami upayakan penambahan koleksi di bidang itu,” tambahnya.

Untuk mendukung mahasiswa, pihaknya juga mempertimbangkan penambahan jam layanan hingga malam hari, setidaknya tiga kali dalam sepekan. “Banyak mahasiswa datang setelah jam makan siang. Kalau layanan malam dibuka, tentu bisa dimanfaatkan lebih banyak orang,” katanya.

Sementara itu, dari Kota Pematangsiantar, Kepala Dinas Kearsipan dan Perpustakaan, Hamzah Fanshuri Damanik, menyampaikan bahwa literasi bukan hanya soal membaca, melainkan juga membangun critical thinking dan kesadaran dalam diri seseorang.

“Literasi dapat mengubah hidup seseorang. Dengan literasi, manusia mampu hidup dalam kesadaran, menjadi manusia seutuhnya. Tantangannya besar, tapi dengan komitmen dan pelayanan yang lebih baik, kita yakin budaya literasi akan terus tumbuh di Sumatera Utara,” pungkasnya.

Sedangkan Widyaprada Ahli Madya Balai Penjaminan Mutu Pendidikan (BPMP) Sumut, Ezra Jhemiyanta Surbakti, M.Pd menyebutkan, literasi dan numerasi sangat penting, karena kedua kemampuan ini merupakan fondasi utama bagi keberhasilan akademik, produktif, dan adaptif di era modern.

“Literasi adalah kemampuan memahami dan mengolah informasi dari berbagai jenis teks. Ini adalah kunci untuk akses pengetahuan dan komunikasi yang efektif. Sedangkan numerasi adalah kemampuan menggunakan angka dan simbol matematika untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Esensial untuk berpikir logis dan pengambilan keputusan,” jelasnya.

Sebelumnya, Regional Lead Tanoto Foundation, Medi Yusva mengatakan, semua anak di kelas 3 harus memiliki kemampuan ketrampilan literasi dan numersi. Hal tersebut menunjang SDM lebih unggul dan memiliki keterampilan.

“Keterampilan tenaga kerja suatu negara berkolerasi dengan pertumbuhan PDB per orang. Di negara-negara anggota OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development), 1 persen peningkatan kemampuan literasi berkolerasi pada peningkatan 3 SD persen terhadap peningkatan PDB per kapita. Hal tersebut menunjukkan, individu dengan kemampuan literasi yang lebih baik akan lebih produktif dan berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi yang lebih pesat,” pungkasnya. (R)

Share: