Index Sumut – Berdasarkan hasil Survei KSA (Kerangka Sampel Area), puncak panen padi pada 2023 berbeda dengan tahun sebelumnya yaitu terjadi pada bulan Februari, dengan luas panen mencapai 54,91 ribu hektare. Sedangkan, puncak panen padi pada 2022 terjadi di bulan Maret yaitu sebesar 53,39 ribu hektare.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, realisasi panen padi sepanjang Januari−September 2023 sebesar 322,14 ribu hektare, atau mengalami penurunan sekitar 12,72 ribu hektare (3,80 persen) dibandingkan Januari−September 2022 yang mencapai 334,86 ribu hektare.

Sementara itu, potensi luas panen padi pada Oktober−Desember 2023 diperkirakan sekitar 82,34 ribu hektare.

“Dengan demikian, total luas panen padi pada 2023 diperkirakan sebesar 404,47 ribu hektare, atau mengalami penurunan sekitar 6,99 ribu hektare (1,70 persen) dibandingkan luas panen padi pada 2022 yang sebesar 411,46 ribu hektare,” ungkap Kepala BPS Sumut, Nurul Hasanudin.

Sementara itu, produksi padi di Sumatera Utara sepanjang Januari−September 2023 diperkirakan sebesar 1,65 juta ton GKG, atau mengalami penurunan sekitar 27,41 ribu ton GKG (1,63 persen) dibandingkan Januari−September 2022 yang sebesar 1,68 juta ton GKG.

Sedangkan, berdasarkan amatan fase tumbuh padi hasil Survei KSA September 2023, potensi produksi padi sepanjang Oktober−Desember 2023 ialah sebesar 0,43 juta ton GKG.

Dengan demikian, total produksi padi pada 2023 diperkirakan sebesar 2,08 juta ton GKG, atau mengalami penurunan sebanyak 7,92 ribu ton GKG (0,38 persen) dibandingkan 2022 yang sebesar 2,09 juta ton GKG. Produksi padi tertinggi pada 2023 terjadi di bulan Februari. Sementara produksi padi terendah pada 2023 diperkirakan terjadi di bulan Desember.

Produksi padi pada Februari 2023 yaitu sebesar 0,27 juta ton GKG, sedangkan produksi padi pada Desember 2023 diperkirakan sebesar 0,09 juta ton GKG.

Disebutkan, tiga kabupaten dengan total produksi padi (GKG) tertinggi pada 2023 adalah Kabupaten Deli Serdang, Kabupaten Serdang Bedagai, dan Kabupaten Simalungun. Sementara itu, tiga kabupaten/kota dengan produksi padi terendah yaitu Kota Tanjung Balai, Kabupaten Labuhan Batu Selatan, dan Kota Tebing Tinggi.

Penurunan produksi padi yang cukup besar pada 2023 terjadi di beberapa wilayah sentra produksi padi seperti Kabupaten Deli Serdang, Kabupaten Labuhan Batu, dan Kabupaten Serdang Bedagai. Di sisi lain, terdapat beberapa kabupaten yang mengalami peningkatan produksi padi cukup besar, misalnya Kabupaten Padang Lawas Utara, Kabupaten Padang Lawas, dan Kabupaten Toba.

Produksi Beras

Sementara itu, jika produksi padi dikonversikan menjadi beras untuk konsumsi pangan penduduk, maka produksi padi sepanjang Januari−September 2023 diperkirakan setara dengan 0,95 juta ton beras, atau mengalami penurunan sebesar 15,72 ribu ton (1,63 persen) dibandingkan Januari−September 2022 yang sebesar 0,97 juta ton.

Sedangkan, potensi produksi beras sepanjang Oktober−Desember 2023 ialah sebesar 0,24 juta ton. Dengan demikian, total produksi beras pada 2023 diperkirakan sekitar 1,19 juta ton, atau mengalami penurunan sebesar 4,54 ribu ton (0,38 persen) dibandingkan produksi beras pada 2022 yang sebesar 1,20 juta ton.

Produksi beras tertinggi pada 2023 terjadi di bulan Februari, yaitu sebesar 0,16 juta ton. Sementara itu, produksi beras terendah diperkirakan terjadi pada bulan Desember, yaitu sebesar 0,05 juta ton. Kondisi ini agak berbeda dengan tahun 2022, di mana produksi beras tertinggi terjadi di bulan Maret dan produksi beras terendah terjadi pada bulan Desember.

Sejak 2018, BPS telah bekerja sama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) yang sekarang bergabung menjadi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (Kementerian ATR/BPN), serta Badan Informasi dan Geospasial (BIG) dalam melakukan penyempurnaan penghitungan luas panen dengan menggunakan metode Kerangka Sampel Area (KSA).

KSA ini memanfaatkan teknologi citra satelit yang berasal dari LAPAN dan digunakan BIG untuk mendelineasi peta lahan baku sawah yang divalidasi dan ditetapkan oleh Kementerian ATR/BPN untuk mengestimasi luas panen padi.

Penyempurnaan dalam berbagai tahapan penghitungan produksi beras telah dilakukan secara komprehensif tidak hanya luas lahan baku sawah saja, tetapi juga perbaikan penghitungan konversi gabah kering menjadi beras. (R)

Share: