
MEDAN, Index Sumut – Data manufkatur China kembali masuk dalam zona ekspansi setelah rilis data PMI (purchasing manufacturing index) naik menjadi 50.2 setelah di bulan September berada di level 49.7. Sejumlah bursa di Asia mengalami peguatan pada sesi perdagangan pembukaan pagi ini.
“IHSG diproyesikan akan menguat pada perdagangan hari ini dalam rentang 6.930 hingga 6.980. Dan dalam sepekan IHSG akan berkonsolidasi dalam rentang 6.830 hingga 6.950. Pagi ini IHSG dibuka menguat di level 6.951,23,” ujar Analis Pasar Modal Sumut, Gunawan Benjamin, Senin (2/10).
Pekan ini, lanjut Gunawan, ekonomi China justru memasuki liburan merayakan golden week holiday. Sementara agenda penting yang akan dirilis pada hari ini adalah data inflasi dari tanah air.
“Inflasi berpeluang turun secara yoy. Mengingat di bulan September tahun lalu ada kenaikan harga BBM bersubsidi yang mendorong kenaikan laju tekanan inflasi hingga mendekati 1%,” katanya.
Walaupun di bulan September kemarin juga terjadi kenaikan harga beras. Namun dampak inflasi yang dirasakan tidak akan begitu besar dibandingkan dengan kenaikan harga BBM di tahun lalu. Sehingga inflasi tanah air diperkirakan akan lebih rendah secara tahunan. Namun tetap berpeluang naik secara month on month (bulanan). Data inflasi tanah air diproyeksikan tidak akan merubah banyak pergerakan pasar keuangan secara keseluruhan.
Di sisi lainnya, sebut Gunawan, mata uang rupiah masih berpeluang tertekan di pekan ini. Setidaknya ada beberapa pemicunya seperti kenaikan imbal hasil US Treasury 10 tahun yang pagi ini merangkak naik di level 4.617%. Masih di level yang tinggi dalam 15 tahun terakhir.
“Mata uang Rupiah diproyeksikan melemah dalam rentang 14.450 hingga 15.550 dalam sepekan. Sementara di pagi ini Rupiah ditransaksikkan melemah di level 15.000 per US Dolarnya,” sebutnya.
Sementara, harga emas pada pagi ini kembali ditransaksikan melemah di level $1.843 per ons troy nya. Harga emas melemah seiring dengan ekspektasi kenaikan suku bunga acuan US Dolar. Dan rilis data ISM Services AS serta data non farm payroll AS yang diproyeksikan memburuk menjadi salah satu pendorongnya. Dimana pelaku pasar menterjemahkan ekspektasi tersebut sebagai kemungkinan kenaikan bunga acuan di masa yang akan datang.
“Secara kesleuruhan pasar keuangan baik IHSG dan Rupiah tidak akan mengalami banyak perubahan kinerja di pekan ini. Potensi tekanan masih begitu besar selama perdagangan sepekan kedepan. Sementara itu, harga emas diproyeksikan akan bergerak di kisaran $1.830 hingga $1.860 yang berarti masih dalam tren penurunan dalam sepekan,” pungkasnya. (MR)