MEDAN, Index Sumut – Provinsi Sumatera Utara (Sumut) merupakan salah satu produsen terbesar minyak sawit di Indonesia, namun sekarang tidak lagi yang terbesar. Karena sudah dikalahkan oleh Provinsi Riau yang jauh lebih besar hampir dua kali lipat dari Sumut.
Hal tersebut dikatakan Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Sumut, Firsal ‘Dida’ Mutyara pada pembukaan Indonesia Palm Oil Expo atau PALMEX Indonesia edisi ke-13 di Santika Premiere Dyandra Hotel & Convention, Medan, Rabu (4/10/2023).
“Sumut adalah salah satu produsen terbesar minyak sawit, tapi sekarang tidak lagi. Riau jauh lebih besar hampir dua kali lipat dari Sumut. Memang di Sumut industri sawit masih banyak tertidur, karena sekarang produksi sawit kita di Sumut sekitar 6 sampai 7 juta ton/tahun. Sementara Riau sudah mencapai sekitar 10 sampai 11 juta ton/tahun produksinya,” ungkap Dida.
Selain itu, lanjutnya, PDRB di Sumut saat ini juga sudah kalah dengan Riau. Dulu PDRB Sumut nomor 5 terbesar di Indonesia dengan nilai Rp1.055 triliun. Tahun ini Sumut nomor 6 dikalahkan Provinsi Riau.
“Kenapa? Karena Sumut tidak fokus mendukung pada industri hilir. Tetapi fokusnya banyak kepada industri jasa. Komoditas kita memang nomor satu, tapi konpensasi terhadap PDRB komoditas kita hanya sekitar 40%. Ini sangat berbanding terbalik dengan Riau, dimana Riau 80% itu PDRB nya berasal dari komoditas-komoditas unggulan,” jelasnya.
Dalam kesempatan itu, Dida juga menyebutkan, Sumatera Utara adalah pioneer untuk Environmental, Social, and Governance (ESG) yaitu suatu konsep yang mengedepankan kegiatan pembangunan, investasi maupun bisnis yang berkelanjutan sesuai dengan tiga kriteria tersebut yaitu lingkungan, sosial serta tata kelola.
Karena menurutnya, kelapa sawit ini adalah salah satu yang sustainable (berkelanjutan). Sudah terbukti kelapa sawit ini adalah industri yang sangat sustain, karena keluarganya merupakan pelaku industri kelapa sawit sudah 4 generasi.
“Saya harapkan dengan dukungan semua pihak, mari kita sama-sama bisa membangun industri ini (kelapa sawit-red) ke depan, sehingga negative campaign yang ada untuk industri ini bisa diminimalisir,” harapnya.
Pada kesempatan itu, dia juga mengatakan, Kadin Sumut mengusung pola inklusif, kolaboratif, dan progresif. Dimana dalam menjalankan organisasi pihaknya sangat terbuka kepada siapapun untuk mendorong petani supaya meningkatkan produktivitas kebunnya.
“Kami terima masukan-masukan itu untuk kepentingan Sumut, khususnya,” pungkas Dida. (MR)