![](https://indexsumut.com/wp-content/uploads/2025/02/IMG-20241023-WA0014-675x450.jpg)
MEDAN, Index Sumut – Dalam perdagangan sepekan kedepan pasar keuangan akan dibayangi banyak tekanan. Salah satunya kinerja IHSG akan banyak dipengaruhi oleh pernyataan dari pejabat The FED atau Bank Sentral AS.
Di sisi lain, ada FOMC meetings yang menjadi gambaran bagaimana nantinya kebijakan suku bunga acuan akan diambil. Setelah itu akan diikuti dengan rilis data inflasi AS yang akan menjadi tolak ukur pelaku pasar dalam memperkirakan besaran bunga acuan nantinya.
“Sehingga pasar keuangan akan diselimuti ketidakpastian, ditambah China juga akan merilis data inflasi yang sangat mempengaruhi pasar nantinya,” kata Analis Pasar Keuangan Sumut, Gunawan Benjamin, Senin (9/10).
Gunawan melanjutkan, situasi pasar keuangan kian tidak menentu seiring dengan meningkatnya tensi geopolitik antara Hamas dengan Israel, yang telah memicu kenaikan harga minyak mentah ke level $86.64 per barel pada pagi ini. Padahal harga minyak mentah sempat turun hingga ke level $82 per barel di akhir pekan.
“Jika merunut pada kinerja sejumlah bursa di AS yang membaik pada akhir pekan kemarin, ditambah dengan kinerja sejumlah bursa di Asia yang mengalami penguatan pada pagi ini, IHSG pada dasarnya di awal pekan berpeluang ditutup menguat. Dan pada sesi pembukaan hari ini IHSG dibuka naik di level 6.901. IHSG pada hari ini berpeluang bergerak dalam rentang 6.870 hingga 6.930. Meskipun ada potensi menguat, namun IHSG hanya akan menguat terbatas,” ujarnya.
Sementara itu, dalam satu pekan perdagangan selanjutnya. Potensi tekanan pada IHSG masih sangat terlihat. Terlebih jika berkaca pada ekspektasi sejumlah data ekonomi di luar, maka potensi gejolak yang terjadi pada pasar saham sangat terbuka. Jadi potensi IHSG untuk melemah dan menguji level 6.800 nantinya sangat berpeluang terjadi.
Di sisi lain, lanjut Gunawan, kinerja mata uang rupiah diproyekssikan akan kembali mengalami tekanan dalam sepekan kedepan. Mata uang rupiah cenderung melemah di saat The FED memiliki agenda yang memberikan gambaran atau menentukan arah kebijakan suku bunga acuannya.
“Rupiah pada hari ini diproyeksikan akan bergerak dalam rentang 15.620 hingga 15.670 per US Dolar. Dan tekanan bisa meningkat dengan potensi rupiah untuk mendekati level 15.700 per US Dolar di pekan ini. Dan pada perdagangan pagi ini, rupiah ditransaksikan di kisaran level 15.660 per US Dolarnya,” sebutnya.
Menurutnya, Bank sentral AS masih menjadi salah satu pemicu pelemahan mata uang rupiah kedepan. Dan kenaikan harga minyak mentah dunia, ditambah dengan kian memanasnya tensi geopolitik di banyak negara, berpeluang menciptakan ketidakstabilan pada mata uang rupiah maupun pasar keuangan secara keseluruhan.
Tidak hanya rupiah maupun IHSG yang diselimuti ketidakpastian, harga emas pada perdagangan hari ini juga tengah diselimuti ketidakpastian yang sama. Walau demikian harga emas justru mendapatkan keuntungan di tengah situasi yang berkembang.
“Pelaku pasar lebih cenderung meminimalisir resiko akibat munculnya perang dengan membeli emas. Dan harga emas pada hari ini naik di level $1.850 per ons troy. Selama sepekan emas berpeluang bergerak dalam rentang $1.830 higga $1.870 per ons troy nya,” pungkas Gunawan. (IR)