![](https://indexsumut.com/wp-content/uploads/2025/02/IMG-20250206-WA0000-674x450.jpg)
MEDAN, Index Sumut – Data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumateta Utara (Sumut) menunjukan bahwa ekspor Sumut secara nominal mengalami penurunan di bulan Agustus 2023 jika dibandingkan dengan bulan juli 2023. Baik penurunan dari sisi nominal maupun kuantitas barang.
Kalau dari sisi kuantitas atau berat bersih dalam satuan ton anjlok 21%. Sementara kalau dari sisi nominal terjadi penurunan sebesar 4.65%.
Sementara itu, jika dihitung berdasarkan tahun berjalan periode Januari hingga Agustus 2023, tren ekspor secara kuantitas justru mengalami peningkatan sekitar 20.9%, dan jika dibandingkan periode yang sama tahun 2022, dan secara nominal justru anjlok sebesar 21%.
Pengamat ekonomi Sumut, Gunawan Benjamin menyebutkan, secara ril kinerja ekspor Sumut masih menunjukan peningkatan, meskipun pendapatan berkurang karena terjadi penurunan pada harga komoditas ekspor Sumut.
“Harga komoditass CPO, di bulan Juli memang rata-rata lebih tinggi dibandingkan dengan bulan Agustus. Sehingga secara nominal ekspor Sumut mengalami penurunan. Harga CPO di bulan Juli sempat menyentuh 4.170 ringgit per tonnya. Namun pada bulan Agustus harga CPO justru bergerak turun dan capaian harga tertinggi CPO di Agustus sebesar 4.000 ringgit per tonnya,” ujar Gunawan, Kamis (5/10).
Menurutnya, ekspor Sumut masih didominasi ke China, demikian juga untuk impornya juga didominasi China. Secara keseluruhan Sumut masih surplus atau diuntungkan berdagang dengan China sejauh ini. Namun ada sejumlah resiko yang menuntut kewaspadaan kita, yakni perlambatan ekonomi China yang bisa saja menyeret perlambatan kinerja ekspor di Sumut.
China pada bulan Juli, lanjut Gunawan, membukukan deflasi yang memicu kekhawatiran bahwa negeri panda tersebut tidak akan mampu mempertahankan akslerasi laju pertumbuhan ekonominya. Sementara itu, perlambatan ekonomi China juga terus terjadi belakangan ini. Di kuartal kedua ekonomi China memang tumbuh 6.3% secara tahunan atau year on year.
“Realisasi pertumbuhan tersebut masih lebih rendah dari ekspektasi sebelumnya yang di atas 7%. Dan jika pertumbuhan ekonomi China melambat, maka sangat potensial menekan ekspor Sumut ke China. Sementara itu, kita juga tengah dikhawatirkan penerapan UU Deforestasi Eropa yang mungkin saja akan menekan ekspor Sumut selanjutnya. Jadi ada resiko yang tengah mengintai kinerja ekspor Sumut,” pungkasnya. (IR)