
Index Sumut – Memperingati 79 tahun kemerdekaan RI, ada banyak capaian ekonomi yang perlu kita syukuri terlebih dahulu. Bedasarkan data BPS, laju pertumbuhan ekonomi nasional yang masih mampu bertahan di kisaran 5% (5.05% YOY) di triwulan kedua 2024, serta tingkat kemiskinan di tanah air yang mengalami penurunan 0.33% pada Maret 2024 dibandingkan maret 2023.
Di Sumatera Utara, laju pertumbuhan ekonomi di kuartal kedua tumbuh 4.95% (y-on-y), tingkat kemiskinan juga terus ditekan. Tingkat kemiskinan di wilayah Sumut turun 0.16 poin, dari 8.15% di maret 2023 menjadi 7.99% di maret 2024.
“Kinerja ini memang patut diapresiasi, mengingat tidak mudah untuk merealisasikan capaian tersebut di tengah memburuknya kinerja ekonomi global belakangan ini,” ujar Pengamat Ekonomi Sumut, Gunawan Benjamin, Jumat (16/8).
Selanjutnya, laju kenaikan biaya hidup (inflasi) selama tahun 2023 juga terbilang di angka yang cukup rendah. Secara nasional inflasi di tahun 2023 sebesar 2.61%, bahkan untuk Sumut inflasinya hanya 2.25%.
“Dan apabila mengacu kepada target inflasi Bank Indonesia yang berada di kisaran 3% plus minus 1%, maka inflasi pada dasarnya masih sesuai target sasaran BI,” katanya.
Lantas mengapa ada banyak pemberitaan mengenai pelemahan daya beli masyarakat, khususnya masyarakat kelas menengah, yang diperburuk dengan kabar PHK yang melanda banyak industry khususnya industry tekstil.
“Saya menilai salah satu masalah yang menekan daya beli masyarakat adalah laju tekanan inflasi yang masih lebih tinggi dari pendapatan,” ujar Gunawan.
Di banyak wilayah, misalkan di Sumut, ada peningkatan upah (UMP/UMK) di tahun 2024 yang naik di kisaran angka 3%. Namun laju inflasi pangannya nyaris menyentuh 10% (9.97%) secara tahunan pada Mei 2024.
“Di sini menunjukan bahwa cash flow masyarakat Sumut banyak keluar karena pendapatan masih lebih rendah dibandingkan dengan pengeluaran,” sebutnya.
Yang menjadi akar masalah melemahnya daya beli masyarakat kelas menengah, karena masyarakat menengah kebawah justru banyak mendapatkan sokongan subsidi serta bantuan pemerintah, yang justru mampu mengangkat banyak masyarakat miskin keluar dari garis kemiskinan.
Bagi banyak masyarakat miskin, tahun tahun sulid pandemic covid 19 hingga saat ini justru menjadi berkah. Namun sebaliknya bagi masyarakat kelas menengah dan menengah atas justru berhadapan dengan realita perlambatan ekonomi.
“Pendapatan masyarakat kelas menengah tengah beradu dengan inflasi. Sekalipun inflasi secara keseluruhan masih dalam kemampuan pemerintah untuk mengendalikan. Namun upaya untuk mendorong peningkatan pendapatan masyarakat justru mengalami masalah. Terbukti penjualan kendaraan roda 4 di semester I 2024 turun 19%, walaupun kendaraan bermotor roda dua terpantau stabil,” pungkasnya. (R)