Index Sumut – Kabar baik dari China yang mampu keluar dari tekanan kontraksi belum menjadi kabar baik bagi pasar saham di Asia.

Sementara, rilis data inflasi dan klaim pengangguran AS menunjukan bahwa inflasi AS mengalami penurunan, selain itu data initial dan continuing jobless claims AS juga alami penurunan.

“Ini menggambarkan bahwa tekanan inflasi AS mereda, dan secara fundamental ekonomi AS masih cukup tangguh,” ujar Pengamat Pasar Keuangan Sumut, Gunawan Benjamin, Jumat (1/11/2024).

Namun, kata Gunawan, jika berkaca kepada data lainnya, kinerja USD Index pada akhir pekan ini mengalami tekanan ke level 103.89. Dan imbal hasil US Treasury 10 Tahun sempat naik di atas 4.3% dalam 24 jam terakhir.

Gunawan menyebutkan, kinerja mayoritas bursa di Asia melemah pada perdagangan pagi ini. Sementara IHSG dibuka melemah tipis di level 7.573. Dan kinerja mata uang Rupiah dibuka menguat tipis di level 15.685 per US Dolar.

“IHSG pada perdagangan hari ini berpeluang ditransaksikan dalam rentang 7.500 hingga 75.70. Sementara mata uang Rupiah berpeluang bergerak dalam rentang 15.650 hingga 15.700 per US Dolar,” sebutnya.

Dari tanah air, pelaku pasar tengah menanti rilis data inflasi pada hari ini. Sejauh ini, belum terlihat jelas apakah Indonesia akan merealisasikan inflasi atau deflasi.

“Namun saya menghitung Indonesia berpeluang untuk mencetak inflasi dalam rentang 0% hingga 0.1%. Dan rilis data inflasi di tanah air tidak akan berpengaruh banyak terhadap pergerakan pasar,” katanya.

Akan tetapi, hal utama yang harus diperhatikan adalah jika Indonesia justru mencetak deflasi. Hal ini akan sangat berpengaruh terhadap kemungkinan tekanan yang lebih besar pada pasar keuangan dalam negeri.

Sementara untuk harga emas dunia, pada perdagangan pagi ini ditransaksikan lebih rendah dibandingkan perdagangan sore kemarin di level $2.760 per ons troy. (R)

Share: