Index Sumut – Rilis data inflasi produsen (PPI) dan klaim pengangguran awal di AS, menunjukan bahwa ekonomi AS masih sangat kuat. Data tersebut telah mendorong penguatan pada imbal hasil US Treasury AS 10 Tahun yang berada dikisaran level 4.463% pada perdagangan hari ini.

Di sisi lain, Gubernur Bank Sentral AS (The FED) menyatakan tidak akan terburu-buru untuk memangkas suku bunga acuan dalam waktu dekat.

“Data inflasi AS yang masih kuat menjadi kabar yang kurang baik bagi pemangkasan bunga acuan The FED. Meski demikian kinerja mayoritas bursa di Asia ditransaksikan menguat pada sesi perdagangan pagi ini. IHSG turut mengalami penguatan seiring dengan membaiknya kinerja bursa di Asia,” ujar Pengamat Pasar Keuangan Sumut, Gunawan Benjamin, Jumat (15/11).

IHSG pada sesi pembukaan perdagangan pagi ini dibuka melemah tipis di level 7.195. Tetapi memiliki peluang untuk bergerak menguat seirama dengan bursa di Asia lainnya.

Namun, lanjut Gunawan, kinerja mata uang rupiah justru memburuk pada perdagangan hari ini. Rupiah dibuka melemah pada sesi perdagangan pagi di level 15.940 per US Dolar.

“Kinerja Rupiah kian mendekati level psikologis 16.000 per US Dolar. Kinerja US Dolar sendiri juga terpantau menguat terhadap sejumlah mata uang di Asia. Pelemahan Rupiah terhadap US Dolar berpeluang memberikan tekanan pada kinerja IHSG,” ujarnya.

Menurut Gunawan, IHSG berpeluang bergerak dalam rentang 7.180 hingga 7.250, sementara Rupiah berkonsolidasi saat dekati 16.000 per US Dolar.

“Pasar keuangan di tanah air belum sepenuhnya lepas dari tekanan pasar. IHSG dan Rupiah sudah melemah sekitar 10 hari terakhir, dipicu oleh memburuknya sentimen eksternal yang menekan kinerja pasar di tanah air,” ujarnya.

Di sisi lain, harga emas bergerak relatif stabil di kisran $2.568 per ons troy. (R)

Share: