Index Sumut – Dalam sepekan kedepan, pelaku pasar akan tertuju pada data manufaktur China, AS dan Indonesia, termasuk juga rilis data inflasi oleh BPS pada hari Kamis serta data klaim pengangguran AS.

Pengamat Pasar Keuangan Sumut, Gunawan Benjamin menilai data tersebut yang akan menjadi penggerak pasar, di tengah minimnya agenda ekonomi saat libur tahun baru 2025.

Menurut Gunawan, dari sekian banyak data manufaktur, manufaktur China sejauh ini yang masih berekspansi. Sementara manufaktur AS dan Indonesia justru masih terkontraksi.

“Jika data manufaktur di China mengalami kontraksi, maka berpeluang menjadi sentimen negatif bagi pasar keuangan di Asia. Terlebih jika manufaktur AS dan Indonesia bergerak stagnan atau justru memburuk,” ujarnya.

Selain data tersebut, selebihnya pelaku pasar akan banyak mengandalkan sentimen teknikal. Bursa saham di Asia pada awal perdagangan pekan ini bergerak mixed dengan kecenderungan menguat.

“Sementara IHSG dibuka melemah di level 7.026. Secara teknikal IHSG berpeluang ditransaksikan dalam rentang 6.950 hingga 7.050 selama sesi perdagangan hari ini,” ujarnya.

Sementara itu, kinerja mata uang Rupiah ditransaksikan menguat di level 16.170 per US Dolar. Penguatan Rupiah terjadi di saat imbal hasil US Treasury 10 Tahun mengalami kenaikan ke level 4.621%.

Di sisi lain harga emas ditransaksikan stabil di kisaran $2.623 per ons troy. Harga emas ditransaksikan sedikit lebih rendah dibandingkan perdagangan sore akhir pekan sebelumnya. (R)

Share: