
Index Sumut – Rilis data inflasi AS menunjukan bahwa inflasi inti AS merealisasikan angka yang lebih rendah dibandingkan dengan sebelumnya, namun inflasi keseluruhan menunjukan kenaikan. Inflasi inti AS naik 0.2% secara bulanan, sementara inflasi umum naik sebesar 0.4% month to month.
Pengamat Pasar Keuangan Sumut, Gunawan Benjamin menyebutkan, data inflasi inti AS yang menjadi tolak ukur bagaimana kebijakan suku bunga AS nantinya, memberikan ruang bagi The FED untuk lebih bernada dovish.
“Rilis data inflasi AS tersebut bisa jadi sejalan dengan keputusan BI yang sebelumnya memangkas besaran bunga acuan. Jika The FED mengambil langkah yang sama dengan BI, maka mata uang Rupiah berpeluang meredam tekanan US Dolar. Dan pada hari ini, seiring dengan melemahnya inflasi inti, imbal hasil US Treasury 10 Tahun mengalami penurunan di bawah 4.7%,” ujar Gunawan, Kamis (16/1).
Kinerja IHSG di sesi pembukaan perdagangan mengalami penguatan di level 7.183. Sementara kinerja mata uang rupiah ditransaksikan melemah di level 16.330 per US Dolar.
“Kinerja pasar keuangan secara keseluruhan relatif membaik setelah rilis data neraca perdagangan dan suku bunga acuan di tanah air, yang turut dibarengi dengan melemahnya laju tekanan inflasi AS. Pada hari ini IHSG berpeluang untuk berada di zona hijau hingga penutupan perdagangan. Sementara Rupiah juga masih memiliki peluang untuk menguat,” katanya.
Setelah rilis sejumlah agenda ekonomi tersebut, pelaku pasar di Asia juga tengah menanti kebijakan moneter Bank Sentral China atau PBoC di sesi perdagangan pertama. Data tersebut akan menjadi penggerak pasar selanjutnya.
Di sisi lain, harga emas ditransaksikan menguat di level $2.697 per ons troy. (R)