
Index Sumut – Bank Sentral AS mengambil langkah yang tidak jauh berbeda dengan Bank Indonesia dengan mempertahankan besaran bunga acuan di level 4.5%. Dan The FED juga memberikan sinyal kemungkinan penurunan suku bunga acuan sebanyak dua kali menjelang akhir tahun 2025.
Gambaran pemangkasan bunga acuan The FED sementara ini membuat imbal hasil US Treasury 10 Tahun mengalami penurunan.
Pengamat Pasar Keuangan Sumut, Gunawan Benjamin menilai, dengan arah kebijakan seperti itu, kemungkinan The FED untuk memangkas besaran bunga acuan diragukan.
“Karena ada perang dagang yang diinisiasi oleh AS sendiri yang bisa memicu laju kenaikan inflasi. Pasar tidak begitu merespon kebijakan The FED karena masih sesuai dengan proyeksi,” ujarnya, Kamis (20/3).
Bursa saham di Asia pada perdagangan hari ini bergerak mixed, dengan kecenderungan menguat.
IHSG pada sesi pembukaan perdagangan terpantau mengalami penguatan ke level 6.372. Sementara itu, mata uang rupiah ditransaksikan menguat tipis ke level 16.515 per US Dolar.
“Setelah sejumlah agenda ekonomi penting dari dua Bank Sentral, pelaku pasar selanjutnya akan terfokus kepada kebijakan bunga pinjaman dari Bank Sentral China serta rilis data penyaluran pembiayaan tanah air,” katanya.
Kemudian dilanjutkan dengan sejumlah agenda ekonomi penting dari AS seperti data penjualan perumahan. Namun, data penjualan rumah AS tidak akan memberikan dampak yang begitu besar terhadap pasar di tanah air.
Sementara itu, harga emas ditransaksikan menguat ke level $3.051 per ons troy atau sekitar 1.63 juta per gram.
“Harga emas menguat setelah The FED memberikan signal pemangkasan bunga acuan. Kabar tersebut membuat US Dolar berada dalam tekanan, dan mendorong penguatan harga emas dan mata uang rival US Dolar,” pungkasnya. (R)