
Index Sumut – Pasar keuangan Asia langsung merespons positif setelah Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, mengumumkan penundaan kenaikan tarif tambahan yang seharusnya mulai berlaku sejak tadi malam.
Meski kebijakan tarif universal sebesar 10% untuk seluruh barang impor tetap diberlakukan, langkah penundaan ini disambut baik oleh para pelaku pasar.
Pengamat Pasar Keuangan Sumut, Gunawan Benjamin, menjelaskan bahwa penundaan tarif tambahan akan berlaku selama 90 hari ke depan. Artinya, masih ada potensi kebijakan ini diberlakukan kembali pada Juli mendatang.
“Secara keseluruhan, tensi perang dagang saat ini memang sedikit mereda. Namun, perlu diwaspadai bahwa konflik dagang AS-China belum sepenuhnya usai. Bahkan, Presiden Trump mengancam akan menaikkan tarif impor barang dari China hingga 125%,” ujar Gunawan, Kamis (10/4).
Meski ketidakpastian masih membayangi, dampak jangka pendek dari keputusan tersebut cukup signifikan. Mayoritas bursa saham di Asia ditransaksikan di zona hijau. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pun ikut terkerek naik, dibuka menguat di level 6.270 dan berpeluang bertahan di zona positif sepanjang hari.
Penguatan juga dirasakan pada nilai tukar Rupiah, yang pagi ini menguat ke level Rp16.870 per Dolar AS. Tekanan pada imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun (US Treasury 10Y) turut membuka peluang pelemahan Dolar AS secara global, sehingga memberi ruang bagi penguatan mata uang regional, termasuk Rupiah.
Tak hanya saham dan mata uang, harga emas pun turut melambung. Harga logam mulia ini tercatat naik ke level US$3.091 per ons troy, atau sekitar Rp1,67 juta per gram. Kenaikan ini mencerminkan tingginya minat investor terhadap aset aman di tengah gejolak kebijakan global.
“Dengan kondisi seperti ini, investor diharapkan tetap waspada, namun bisa memanfaatkan momen positif yang tengah berlangsung di pasar keuangan,” pungkasnya. (R)