
MEDAN, Index Sumut — Pasar keuangan Asia dibuka dengan pergerakan beragam pada perdagangan hari ini, Rabu (17/4), di tengah rilis data penting pertumbuhan ekonomi China.
Data Produk Domestik Bruto (PDB) Negeri Tirai Bambu itu tumbuh sebesar 5,4% secara tahunan (YoY) di kuartal pertama 2025, sesuai dengan capaian pada kuartal sebelumnya.
Meski demikian, Pengamat Pasar Keuangan Sumut, Gunawan Benjamin menyebutkan, ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan China yang belum mereda masih menjadi kekhawatiran utama pelaku pasar.
“Konflik yang berlarut ini dikhawatirkan akan menekan kinerja ekonomi kedua negara, sekaligus memberi efek domino bagi pertumbuhan ekonomi global, termasuk Indonesia,” ujar Gunawan.
Di dalam negeri, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat tipis di level 6.461 pada sesi perdagangan pagi. Meski data Indeks Keyakinan Konsumen Indonesia yang dirilis kemarin menunjukkan penurunan dan berpotensi menjadi beban bagi pasar, pelaku pasar masih menunggu data penjualan ritel nasional yang dijadwalkan keluar hari ini.
“Data tersebut diperkirakan menjadi salah satu sentimen penentu pergerakan IHSG dan nilai tukar Rupiah selanjutnya,” katanya.
Di sisi lain, nilai tukar Rupiah justru tertekan. Di awal perdagangan, Rupiah melemah ke level Rp16.830 per Dolar AS. Melemahnya imbal hasil US Treasury belum mampu menjadi angin segar bagi mata uang Garuda.
“Kondisi ekonomi domestik yang belum stabil turut menambah tekanan terhadap nilai tukar,” sebut Gunawan.
Sementara itu, harga emas dunia kembali mencetak rekor baru. Logam mulia tersebut diperdagangkan di level USD 3.271 per ons troy, atau setara sekitar Rp1,78 juta per gram, seiring meningkatnya permintaan aset safe haven di tengah ketidakpastian global.
“Pelaku pasar kini masih akan terus mencermati perkembangan data ekonomi regional dan global, serta potensi eskalasi tensi geopolitik yang bisa sewaktu-waktu mengguncang pasar keuangan,” pungkasnya. (R)