Medan, Index Sumut — Pasar keuangan global kembali dibayangi tekanan usai bank sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan di level 4,5%, menyusul langkah serupa dari Bank Indonesia yang sebelumnya menahan bunga acuan di 5,5%.

Menurut Gunawan Benjamin, Pengamat Pasar Keuangan Sumatera Utara, keputusan The Fed tersebut menimbulkan reaksi negatif dari pasar Asia. Mayoritas bursa di kawasan dibuka melemah, termasuk IHSG yang dibuka turun tipis ke level 7.107.

“Keputusan The Fed mempertahankan suku bunga menunjukkan mereka masih melihat risiko inflasi sebagai ancaman serius, meskipun di sisi lain mereka mengisyaratkan kemungkinan dua kali pemangkasan suku bunga tahun ini,” jelas Gunawan, Kamis (19/6/2025).

Namun, rencana pemangkasan suku bunga The Fed justru menegaskan perlambatan ekonomi AS yang berpotensi memasuki fase resesi. Sentimen ini memperburuk kekhawatiran investor global terhadap ancaman stagflasi.

Sementara itu, Rupiah diperdagangkan melemah di kisaran Rp16.355 per dolar AS, mencerminkan tekanan dari arus modal keluar serta kecemasan atas situasi geopolitik yang masih memburuk.

“Ancaman stagflasi dan eskalasi konflik Israel–Iran terus membayangi pergerakan pasar. Investor cenderung menghindari aset berisiko dan memilih instrumen yang lebih aman,” lanjut Gunawan.

Gunawan memperkirakan IHSG berpotensi bergerak dalam rentang 6.950 hingga 7.120, mengikuti arah pasar Asia yang masih dibayangi kekhawatiran makroekonomi global.

Di sisi lain, harga emas dunia mengalami penguatan ke level $3.377 per troy ons atau sekitar Rp1,78 juta per gram. Aset logam mulia ini tetap diminati sebagai pelindung nilai (safe haven) di tengah gejolak geopolitik dan kekhawatiran resesi.

“Meskipun sempat terkoreksi karena keputusan The Fed, harga emas kembali menguat didorong oleh peningkatan minat investor terhadap aset aman,” ujar Gunawan menutup. (R)

Share: