
Medan, Index Sumut — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup perdagangan akhir pekan ini di zona merah. IHSG ditutup melemah 0,86%, bergerak dalam rentang 6.873 hingga 6.956 sepanjang sesi perdagangan. Pelemahan terjadi di tengah bursa Asia yang cenderung menguat secara terbatas (mixed).
Pengamat Pasar Keuangan Sumatera Utara, Gunawan Benjamin menilai, tekanan yang menimpa IHSG lebih disebabkan oleh ketidakpastian hasil negosiasi tarif impor antara Amerika Serikat dan mitra dagangnya. Ketidakjelasan tersebut menimbulkan kekhawatiran di kalangan investor global.
“Pasar merespons negatif karena belum ada kepastian apakah negosiasi tarif ini akan menghasilkan kesepakatan yang menguntungkan. Ini menjadi sumber tekanan utama IHSG, selain aksi jual bersih investor asing yang terus terjadi dalam beberapa hari terakhir,” jelas Gunawan, Jumat (20/6/2025).
Gunawan juga mengingatkan bahwa sebelumnya ketika AS mengumumkan kenaikan tarif, IHSG sempat langsung melemah tajam hingga perdagangan harus dihentikan sementara (trading halt). Kondisi sempat membaik setelah AS memberikan masa tenggang 90 hari, namun tanpa hasil negosiasi yang konkret, kekhawatiran pasar tetap tinggi.
“Ketidakpastian tarif ini tidak hanya berdampak sesaat, tetapi bisa merubah struktur perdagangan global dan mempengaruhi perekonomian Indonesia dalam jangka panjang,” tambahnya.
Selain isu tarif, perang antara Israel dan Iran yang terus memanas turut memberikan tekanan tambahan terhadap sentimen pasar. Konflik geopolitik dinilai efektif menekan pasar dalam jangka pendek, meskipun dampak jangka panjang lebih banyak ditentukan oleh perubahan kebijakan global.
Di sisi lain, nilai tukar Rupiah diperdagangkan sedikit lebih baik dibandingkan hari sebelumnya, ditutup di kisaran Rp16.380 per dolar AS. Namun perbaikan ini terjadi di tengah minimnya sentimen positif dari dalam negeri maupun global.
Sementara itu, harga emas dunia justru melemah ke level $3.356 per troy ons, atau sekitar Rp1,77 juta per gram.
Penurunan ini dinilai lebih bersifat teknikal, meski secara fundamental, emas masih tetap menjadi pilihan utama investor yang menghindari risiko. (R)