Medan, Index Sumut — Di tengah ancaman baru dari Amerika Serikat yang akan menaikkan tarif impor produk farmasi hingga 200%, pasar keuangan domestik justru menunjukkan ketahanan. IHSG dibuka menguat di level 6.968, sementara Rupiah juga mencatat penguatan tipis ke level Rp16.215 per dolar AS pada sesi perdagangan pagi ini, Kamis (10/7).

Pengamat Pasar Keuangan Sumatera Utara, Gunawan Benjamin, mengatakan bahwa kabar baik dari Bank Sentral AS turut meredam tekanan pasar.

“The Fed mengisyaratkan adanya potensi pemangkasan suku bunga acuan tahun ini. Penurunan imbal hasil US Treasury 10 tahun ke level 4,33% menjadi katalis positif bagi mata uang negara berkembang, termasuk Rupiah,” jelasnya, Kamis (10/7/2025).

Namun, suasana pasar tetap dibayangi risiko lanjutan dari perang dagang yang memanas. Presiden AS Donald Trump dikabarkan siap mengenakan tarif tinggi terhadap sejumlah produk farmasi, dan menuntut negara-negara mitra untuk segera menyepakati kebijakan tarif yang diajukan. Di sisi lain, Indonesia masih berjuang merespons kebijakan tarif resiprokal sebesar 32% yang sebelumnya diberlakukan oleh AS.

Gunawan mengingatkan bahwa ancaman tarif yang agresif dari AS bisa menjadi sentimen negatif dalam jangka menengah.

“Kebijakan unilateral seperti ini memicu kekhawatiran investor global. Namun untuk hari ini, pasar tampaknya masih melihat ruang untuk optimisme,” katanya.

Selain perang dagang, pelaku pasar juga mewaspadai rilis data deflasi China, yang memperkuat kekhawatiran akan perlambatan ekonomi Asia. Meskipun begitu, mayoritas bursa saham di Asia justru ditransaksikan menguat pada sesi pagi, mencerminkan ketahanan sementara pasar regional terhadap tekanan global.

IHSG hari ini diperkirakan akan bergerak dalam rentang 6.920 hingga 6.980, sedangkan Rupiah diproyeksikan berada di kisaran Rp16.200 hingga Rp16.250 per dolar AS.

Sementara itu, harga emas dunia menguat ke level USD 3.322 per troy ounce, atau sekitar Rp1,74 juta per gram. Kenaikan harga emas ini menunjukkan bahwa sebagian investor tetap memilih aset aman (safe haven) di tengah ketidakpastian global.

“Minimnya agenda ekonomi besar hari ini memberi ruang bagi pasar untuk stabil, namun tetap dengan kewaspadaan tinggi terhadap gejolak dari luar negeri,” pungkas Gunawan. (R)

Share: