
Medan, Index Sumut — Di tengah berlanjutnya ketegangan dagang global, pasar keuangan justru menunjukkan ketahanan. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat ke level 7.036 pada perdagangan pagi ini, meskipun Rupiah terpantau melemah ke kisaran Rp16.230 per dolar AS.
Pengamat Pasar Keuangan Sumatera Utara, Gunawan Benjamin, menyatakan bahwa kebijakan tarif impor yang terus dikembangkan Amerika Serikat justru menciptakan “kesetaraan tekanan” di pasar global.
“Ketika semua negara terkena imbas kebijakan tarif AS, tidak ada satu pun yang benar-benar diuntungkan. Ini menciptakan titik keseimbangan baru, yang membuat pelaku pasar tidak terlalu panik,” jelas Gunawan, Jumat (11/7/2025).
Terbaru, Amerika Serikat dikabarkan akan menaikkan tarif impor terhadap Kanada sebesar 35% yang mulai diberlakukan 1 Agustus mendatang. Kebijakan ini menambah panjang daftar negara mitra dagang AS yang terkena dampak proteksionisme.
Menurut Gunawan, keputusan bisnis dan investasi kini tidak lagi hanya mempertimbangkan faktor tarif satu negara saja. Bahkan AS sendiri dinilai mengalami kerugian jangka panjang dari kebijakan proteksinya.
“Itu sebabnya, walaupun tekanan masih ada, pasar saham tetap menunjukkan perlawanan yang sehat,” katanya.
Pasar saham Asia pagi ini juga mayoritas ditransaksikan menguat, dan pasar domestik mendapat sedikit keuntungan dari penundaan pemberlakuan tarif untuk Indonesia. Investor masih memantau apakah ruang diplomasi yang dimiliki RI dapat menekan atau menegosiasikan ulang besaran tarif tersebut.
Meski IHSG menguat, Rupiah justru mengalami pelemahan. Gunawan menjelaskan bahwa penguatan dolar AS masih membebani mata uang kawasan, termasuk Indonesia. Rupiah diproyeksikan bergerak dalam rentang Rp16.200–Rp16.260 per dolar AS hari ini.
Sementara itu, harga emas dunia stabil, diperdagangkan di level USD 3.329 per troy ounce, atau sekitar Rp1,74 juta per gram di pasar domestik. Stabilnya harga emas mencerminkan sikap hati-hati investor dalam mengantisipasi dinamika geopolitik dan ekonomi global.
“Selama tidak ada kejutan besar dari arah kebijakan tarif atau suku bunga, pasar keuangan kemungkinan besar akan tetap bertahan dalam pola fluktuatif terbatas,” pungkas Gunawan. (R)