Medan, Index Sumut — Di tengah tekanan dari memburuknya data manufaktur dalam negeri dan ketidakpastian negosiasi tarif antara Indonesia dan Amerika Serikat, pasar keuangan domestik justru masih menunjukkan ketahanan.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat di level 6.954 pada perdagangan pagi ini, Selasa (1/7/2025), meskipun mayoritas bursa saham Asia mengalami pelemahan.

Pengamat Pasar Keuangan Sumatera Utara, Gunawan Benjamin menilai, penguatan IHSG terjadi di tengah sikap wait and see para pelaku pasar terhadap dua sentimen besar yang sedang berlangsung.

“Data S&P Global Manufacturing PMI Indonesia pada Juni turun menjadi 46,9 dari sebelumnya 47,4. Ini memperkuat sinyal kontraksi di sektor industri manufaktur tanah air. Namun IHSG masih mampu menguat karena pasar sudah mengantisipasi pelemahan data ini,” ujar Gunawan.

Gunawan juga menyoroti negosiasi tarif antara Indonesia dan AS yang masih berjalan. Masa tenggat waktu pembicaraan akan berakhir pekan depan, namun hingga kini belum ada kabar resmi dari pemerintah Indonesia.

“Jika negosiasi gagal dan tarif baru diberlakukan, hal ini dapat memicu tekanan lanjutan terhadap pasar saham dan mata uang domestik,” jelasnya.

Sementara itu, nilai tukar Rupiah juga menunjukkan penguatan. Di pasar spot pagi ini, Rupiah ditransaksikan di level Rp16.170 per dolar AS. Penguatan ini terjadi seiring dengan melemahnya imbal hasil US Treasury yang mendekati 4,2%, sehingga menekan indeks dolar.

“Rupiah saat ini berada dalam tren positif jangka pendek, diperkirakan bergerak di kisaran Rp16.150 hingga Rp16.200 sepanjang hari ini. Namun tetap perlu diwaspadai tekanan eksternal dari perkembangan negosiasi tarif,” ujar Gunawan.

Di sisi lain, harga emas global juga mengalami kenaikan. Logam mulia tersebut diperdagangkan di level USD 3.316 per troy ounce, atau setara Rp1,73 juta per gram. Kenaikan ini mencerminkan meningkatnya permintaan aset safe haven di tengah ketidakpastian geopolitik dan ekonomi global.

“IHSG berpeluang diperdagangkan dalam rentang 6.920 hingga 6.970 hari ini. Namun arah pasar ke depan sangat bergantung pada hasil akhir negosiasi tarif dan sentimen global lainnya,” tutup Gunawan. (R)

Share: