
MEDAN, Index Sumut – Pasar keuangan Indonesia mengawali pekan ini dengan arah yang berlawanan. Nilai tukar Rupiah tertekan ke posisi Rp16.570 per dolar AS, sementara harga emas dunia menembus rekor baru di level USD 3.923 per ons troy.
Menurut Pengamat Pasar Keuangan Sumut, Gunawan Benjamin, kombinasi sentimen global dan domestik membuat pasar bergerak hati-hati sejak awal pekan.
“Tekanan terhadap rupiah dipicu oleh kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS (US Treasury) tenor 10 tahun yang menyentuh 4,142%, serta penguatan indeks dolar AS ke 98,03,” jelas Gunawan di Medan, Senin (6/10).
Gunawan mengatakan, kondisi tersebut membuat investor global kembali mencari aset aman seperti emas. “Kepercayaan terhadap dolar AS mulai menurun setelah muncul risiko government shutdown di Amerika Serikat. Emas menjadi pelarian utama investor karena dinilai paling stabil di tengah ketidakpastian,” tambahnya.
Di sisi lain, harga emas domestik juga melonjak tajam dan kini diperdagangkan di kisaran Rp2,1 juta per gram. Lonjakan ini mengikuti tren global yang memperlihatkan lonjakan permintaan logam mulia.
Sementara itu, IHSG dibuka menguat di level 8.155, mengikuti arah positif mayoritas bursa Asia. “Kinerja IHSG didorong oleh optimisme pelaku pasar terhadap rilis sejumlah data ekonomi dalam negeri, seperti cadangan devisa, indeks kepercayaan konsumen, dan penjualan kendaraan bermotor,” ujar Gunawan.
Ia menambahkan, sepanjang pekan ini pasar akan dipengaruhi oleh rilis data tenaga kerja AS dan pidato Gubernur The Fed yang bisa memberi petunjuk arah kebijakan suku bunga selanjutnya. “Untuk jangka pendek, rupiah masih berpotensi bergerak lemah karena tekanan eksternal cukup kuat, sementara IHSG cenderung bergerak terbatas,” kata Gunawan.
Gunawan memperkirakan harga emas masih berpeluang menguat lebih lanjut bila kondisi geopolitik dan ekonomi global belum stabil. “Selama dolar AS belum menemukan pijakan kuat, tren penguatan emas akan berlanjut,” pungkasnya. (R)