Index Sumut – Imbal hasil US Treasury 10 tahun mengalami kenaikan yang cukup tajam di level 4.317%. Kenaikan imbal hasil US Treasury tersebut menjadi kabar buruk bagi mata uang Rupiah.

“Kenaikan imbal hasil US Treasury itu sendiri terjadi di tengah minimnya agenda ekonomi. Kenaikan tersebut lebih didorong oleh ekspektasi mundurnya rencana kenaikan bunga acuan oleh Bank Sentral AS atau The FED,” ujar Pengamat Pasar Keuangan Sumut, Gunawan Benjamin, Selasa (20/2).

Gunawan menyebutkan, mata uang rupiah pada perdagangan pagi ini dibuka melemah di level 15.650 per US Dolar. Dengan kenaikan imbal hasil US Treasury tersebut, maka peluang mata uang Rupiah untuk menguat di hari ini sangat kecil sekali. Meskipun pada perdagangan besok, Bank Indonesia akan menetapkan besaran bunga acuannya.

Di sisi lain, lanjutnya, kinerja lHSG berbeda arah dengan Rupiah pada perdagangan pagi. IHSG ditransaksikan menguat di level 7.315,50.

“Kinerja sejumlah bursa di Asia yang bergerak variatif menjadi salah satu alasan kinerja IHSG untuk bergerak seirama. Selain itu, faktor teknikal juga turut menjadi penggerak perdagangan IHSG di tengah minimnya sentiment pasar,” sebutnya.

Sementara itu, harga emas dunia kembali diperdagangkan melemah. Harga emas ditransaksikan melemah di kisaran level $2.016 per ons troy pada sesi perdagangan pagi ini.

“Pelemahan harga emas terjadi di tengah minimnya sentimen yang bisa mendongkrak kenaikan harga itu sendiri. Dan justru diperburuk dengan kian dekatnya kepastian penundaan pemotongan bunga acuan Bank Sentral AS,” pungkasnya. (R)

Share: