
Index Sumut – Pada September 2024, Sumut membukukkan deflasi, dan deflasi itu sendiri sudah terjadi 4 kali secara beruntun. Deflasi yang terjadi tidak terlepas dari pelemahan daya beli masyarakat Sumut.
Lantas sektor usaha apa yang memicu pelemahan daya beli tersebut Jawabannya ada pada melemahnya kinerja industri pengolahan sumber daya alam Sumut, khususnya perkebunan karet.
Pengamat Ekonomi Sumut, Gunawan Benjamin menyebutkan, karet di Sumut menjadi komoditas ekspor ke sejumlah Negara maju seperti Jepang dan Eropa. Dan sejak tahun 2010 setelah Eropa – AS dihantam krisis 2008, kondisis industri karet di Sumut kinerjanya turun dan stagnan.
“Kapasitas produksi di sejumlah perusahaan karet yang bertahan saat ini berada di kisaran 40%. Selebihnya banyak perusahaan yang tutup, memicu PHK dan menekan daya beli masyarakat,” ujar Gunawan.
Memasuki masa pandemi covid 19 di tahun 2020 – 2022, sejumlah industri pengolahan karet Sumut seperti sarung tangan diuntungkan dengan kenaikan permintaan. Ekspor dan produksi melonjak tajam hingga lebih dari dua kali lipat.
“Namun sayang tidak bertahan lama, karena di semester II tahun 2022 terjadi pengurangan jumlah tenaga kerja seiring dengan mulai berakhirnya pandemi, serta demand produk yang turun secara signifikan,” ungkapnya.
Menurutnya, dampak pandemi covid 19 bukan hanya memberikan tekanan pada industri karet dari hulu ke hilir. Lebih dari itu ada banyak perusahaan lainnya.
“Saya menemukan ada perusahaan minuman dalam kemasan yang terpaksa harus tutup, serta yang lainnya harus memangkas jumlah karyawannya. Beberapa yang dilakukan adalah dengan pensiun dini, atau tawaran kerja sebagai tenaga kerja kontrak (alih daya),” katanya.
Peralihan seperti itu, lanjut Gunawan, bisa memunculkan bias pada penafsiran data jumlah tenaga kerja di Sumut. Terlebih jika data hanya memberi informasi terkait jumlah tenaga kerja saja, namun tanpa dibarengi dengan penjelasan berapa jam kerja serta bagaimana pendapatan pekerja tersebut. Karena di lapangan banyak ditemukan karyawan yang berubah dan menjadi pegawai alih daya dan mengalami penurunan pendapatan yang signifikan.
“Karena jam kerjanya sudah berkurang atau tidak teratur, serta pendapatannya dibayar sesuai jam kerjanya saja, akibat efisiensi yang terus dilakukan perusahaan. Pelemahan daya beli masyarakat tidak terlepas dari memburuknya kinerja ekonomi global yang menekan kinerja eksportir, walaupun tidak semua eksportir di Sumut,” pungkasnya. (R)