Index Sumut – Pasar keuangan akan banyak dibanjiri agenda ekonomi penting dalam sepekan kedepan. Agenda yang paling dinanti pelaku pasar adalah kebijakan suku bunga acuan Bank Indonesia pada hari Rabu dan penetapan bunga acuan The FED pada hari Kamis.

“Selebihnya pelaku pasar akan memantau perkembangan terkini dari perang dagang yang kian memanas belakangan ini,” ujar Pengamat Pasar Keuangan Sumut, Gunawan Benjamin, Senin (17/3).

Pada perdagangan pagi ini, ekspektasi bahwa inflasi AS akan kembali mengalami kenaikan telah memicu kenaikan pada imbal hasil US Treasury 10 tahun di atas 4.3%.

“Kenaikan imbal hasil tersebut sejatinya akan menjadi sentimen negatif bagi mata uang Rupiah. Namun Rupiah pada perdagangan pagi awal pekan ini ditransaksikan menguat ke level 16.330 per US Dolar,” katanya.

Sementara itu, kinerja mayoritas bursa di Asia ditransaksikan menguat di sesi pembukaan. Membaiknya bursa di Asia dipicu oleh langkah China yang akan mendorong konsumsi dengan meningkatkan pendapatan masyarakat. Dan pada pagi ini China telah merilis sejumlah data ekonomi seperti produksi industri, yang mengalami pemulihan.

“Namun data pengangguran China justru alami kenaikan menjadi 5.4% pada bulan Februari. Sayangnya, sekalipun mayoritas bursa di Asia alami pemulihan. IHSG justru dibuka melemah di level 6.490. Pelaku pasar di tanah air juga tengah menanti rilis data neraca perdagangan Indonesia yang akan menjadi data pertama dari tanah air di pekan ini,” katanya.

Data tersebut juga akan menjadi tolak ukur bagi kinerja mata uang rupiah dan IHSG. Dimana IHSG diproyeksikan akan bergerak dalam rentang 6.450 hingga 6.530, sementara mata uang rupiah ditransaksikan dalam rentang 16.300 hingga 16.370 per US Dolar.

Di sisi lain, harga emas pada perdagangan pagi ini relative stabil di level $2.990 per ons troy, atau sekitar 1.58 juta per gram. (R)

Share: