MEDAN, Index Sumut – Perdagangan pasar keuangan di awal pekan ini dibuka dengan dinamika beragam. Nilai tukar rupiah terpantau melemah hingga menyentuh level Rp16.700 per dolar AS, namun Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih mampu bertahan di zona hijau berkat sentimen positif dari bursa saham Asia.
IHSG dibuka menguat di level 8.392, mengikuti penguatan mayoritas bursa di kawasan. Ketiadaan sentimen domestik yang kuat membuat pelaku pasar lebih banyak merespons faktor eksternal, terutama arah pergerakan indeks saham global dan nilai tukar dolar AS.
Pengamat Pasar Keuangan Sumut Gunawan Benjamin menilai, pergerakan IHSG hari ini lebih banyak dipengaruhi sentimen teknikal dan dorongan psikologis dari kinerja pasar regional.
“IHSG masih cukup tangguh meskipun rupiah melemah. Sentimen positif dari Asia memberikan ruang bagi IHSG untuk bergerak stabil, dengan potensi fluktuasi di kisaran 8.330 hingga 8.400,” ujar Gunawan di Medan, Rabu (12/11).
Ia menjelaskan, pelemahan rupiah bukan fenomena tunggal di Indonesia, melainkan tren yang juga terjadi di kawasan Asia. Mata uang seperti rupee India, yen Jepang, dolar Singapura, dan yuan China juga mengalami tekanan akibat penguatan dolar AS.
“Meskipun indeks dolar AS dan imbal hasil obligasi AS menurun, pelaku pasar global masih menempatkan dolar sebagai aset lindung nilai. Inilah yang membuat rupiah sementara tertahan di sekitar Rp16.710 per dolar AS,” kata Gunawan.
Gunawan menambahkan, secara fundamental rupiah masih memiliki peluang untuk pulih dalam beberapa hari mendatang, terutama jika data inflasi AS yang akan dirilis besok menunjukkan perlambatan.
“Jika inflasi AS melandai, maka peluang bagi The Fed untuk menurunkan suku bunga terbuka lebih lebar. Kondisi itu akan membuat dolar melemah dan memberikan ruang bagi rupiah serta harga emas untuk menguat,” terangnya.
Di sisi lain, harga emas dunia pada perdagangan pagi ini bergerak stabil di kisaran USD 4.128 per ons troy atau sekitar Rp2,23 juta per gram. Gunawan menilai, tren penguatan emas masih mungkin berlanjut, terutama jika pasar kembali mencari aset aman di tengah ketidakpastian ekonomi global.
“Harga emas berpotensi naik kembali apabila tekanan inflasi di AS berkurang. Pasar akan segera bereaksi terhadap data inflasi yang dijadwalkan rilis besok,” tutupnya. (R)





