Medan, Index Sumut — Harga cabai merah di Sumatera Utara terus merosot dan kini menyentuh angka Rp16.000 per kilogram, sebuah kondisi yang menambah panjang deretan masalah bagi petani lokal.

Tren penurunan ini bahkan diperparah oleh lemahnya permintaan pasar, baik dari dalam maupun luar wilayah.

Menurut Ketua Tim Pemantau Harga Pangan Sumut, Gunawan Benjamin, tidak hanya cabai merah yang tertekan, namun juga harga cabai rawit yang sempat menyentuh Rp23.000 per kilogram kini turun menjadi Rp20.000, dan cabai hijau bertahan di kisaran Rp15.000 hingga Rp16.000 per kilogram.

“Turunnya harga ini jelas mengkhawatirkan. Dari sisi produksi, cabai merah di Sumut akan terus panen hingga September. Jika tidak ada serapan signifikan dari luar daerah seperti Riau dan Jambi, harga sulit naik,” tegas Gunawan.

Ia menambahkan, momentum peningkatan permintaan antardaerah biasanya mulai terlihat pada pertengahan Juli, namun masih bersifat spekulatif.

“Kita berharap ada lonjakan permintaan dari luar Sumut agar harga bisa terdorong naik setidaknya ke kisaran Rp30.000 hingga Rp40.000 per kilogram. Tapi itu sangat tergantung pada kekuatan pasar,” jelasnya.

Lebih lanjut, Gunawan juga menyoroti melemahnya belanja masyarakat pasca Ramadan dan Idul Fitri. Penurunan konsumsi daging ayam dan sapi berdampak langsung pada kebutuhan konsumsi pelengkap seperti cabai.

“Kalau pola konsumsi masyarakat menurun, maka permintaan cabai sebagai bahan pelengkap juga ikut lesu,” ujarnya.

Selain itu, kondisi cuaca juga menjadi faktor krusial. Meskipun musim kemarau dapat menurunkan produktivitas cabai, namun bila permintaan tetap lemah, harga tak akan terdongkrak secara signifikan.

“Ironisnya, jika permintaan tetap stagnan dan produksi menurun akibat cuaca ekstrem, maka kita justru berpotensi melihat lonjakan harga yang tajam di kuartal IV 2025,” paparnya.

Gunawan mengingatkan bahwa struktur harga cabai sangat sensitif terhadap dinamika permintaan.

“Tantangan kita sekarang bukan di sisi pasokan, tapi di sisi demand. Tanpa permintaan yang kuat, petani tidak hanya tidak untung, tetapi justru semakin terjepit dalam kerugian,” tutupnya. (R)

Share: