
MEDAN, Index Sumut – Pasar keuangan Indonesia dibuka dengan kecenderungan bergerak sideways di awal pekan ini, seiring dengan sikap hati-hati pelaku pasar menanti hasil akhir negosiasi tarif antara Amerika Serikat dan sejumlah mitra dagangnya.
Meskipun dibuka menguat di level 6.874, IHSG mengalami fluktuasi dan bergerak di dua zona berbeda selama sesi perdagangan pagi, Senin (7/7).
Pengamat Pasar Keuangan Sumatera Utara, Gunawan Benjamin, menyatakan bahwa pekan ini menjadi krusial karena sejumlah agenda ekonomi penting yang akan dirilis, baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
“Pasar cenderung stagnan karena pelaku masih menunggu kepastian hasil negosiasi tarif AS yang berpotensi mengubah arah kebijakan investasi global,” ujarnya, Senin (7/7/2025).
Di sisi domestik, Bank Indonesia akan merilis data cadangan devisa Juni, yang diperkirakan dapat mempengaruhi sentimen terhadap Rupiah. Selain itu, akan dirilis pula indeks kepercayaan konsumen pada Selasa, disusul data penjualan ritel nasional pada Rabu. Semua data tersebut akan bersaing dengan rilis data inflasi China yang dijadwalkan pada waktu hampir bersamaan.
Gunawan menilai data inflasi China bisa menjadi pemicu koreksi pasar jika deflasi benar-benar terjadi.
“Jika China kembali mencatat deflasi, ini akan menambah kekhawatiran terhadap perlambatan ekonomi global, dan Indonesia tak luput dari imbasnya,” jelasnya.
Sementara itu, Rupiah ditransaksikan melemah ke kisaran Rp16.220 per dolar AS, seiring penguatan dolar akibat ekspektasi lanjutan kebijakan moneter ketat oleh The Fed.
Pasar juga tengah menantikan hasil risalah rapat FOMC (FOMC Minutes) yang akan dirilis pada Kamis, dan diharapkan memberi gambaran arah suku bunga dan pandangan The Fed terhadap kondisi ekonomi AS.
“Reaksi pasar akan lebih dominan ditentukan oleh perkembangan negosiasi tarif dan kebijakan lanjutan dari AS. Ini yang membuat investor memilih sikap wait and see,” ujar Gunawan.
Di tengah kondisi tersebut, harga emas dunia juga terkoreksi ke level USD 3.314 per troy ounce, atau sekitar Rp1,73 juta per gram. Koreksi harga emas menandakan mulai meredanya permintaan terhadap aset safe haven dalam jangka pendek. (R)